Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Surat Utang Negara (SUN) diperkirakan masih akan bergerak terbatas dengan arah yang bervariasi pada perdagangan Jumat (14/9). Hal ini disebabkan para investor masih menanti rilis sejumlah data ekonomi domestik awal pekan depan.
Sebagai informasi, Senin (17/9) nanti, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data statistik utang luar negeri Indonesia sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) akan menyampaikan data neraca perdagangan. “Kedua data tersebut cukup penting dicermati di tengah pergerakan mata uang rupiah yang cenderung mengalami tren pelemahan,” kata I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income MNC Sekuritas dalam riset, hari ini.
Adapun dari faktor eksternal, para pelaku pasar masih akan memperhatikan hasil data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pada hari ini waktu setempat.
Sebelumnya, harga SUN cenderung naik pada perdagangan kemarin seiring melandainya tingkat imbal hasil surat utang global. Kenaikan harga yang terjadi kemarin juga disokong oleh penurunan imbal hasil SUN yang berkisar antara 1—11 bps dengan rata-rata penurunan imbal hasil sebesar 3 bps.
Imbal hasil SUN bertenor pendek terlihat mengalami penurunan hingga 4 bps dengan kenaikan harga sebesar 30 bps. Imbal hasil SUN bertenor menengah turun sekitar 2—11 bps sementara harganya naik hingga 60 bps. Imbal hasil SUN bertenor panjang turun di kisaran 2—7 bps dengan kenaikan harga hingga 60 bps.
Terlepas dari itu, indikator teknikal memperlihatkan bahwa harga SUN masih dalam tren penurunan dalam jangka pendek walau pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan. Selain itu, harga SUN masih berada di area jenuh jual.
Secara umum, Made masih merekomendasikan SUN bertenor pendek kepada investor, terutama yang memiliki horizon investasi jangka pendek. Hal tersebut untuk mengurangi risiko fluktuasi harga SUN jelang pelaksanaan FOMC Meeting dan Rapat Dewan Gubernur BI. Ia pun merekomendasikan seri ORI013, SR009, PBS016, PBS002, FR0061, FR0043, dan FR0070 pada hari ini.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail menyebut, imbal hasil US Treasury jangka menengah (10 tahun) dan jangka panjang (30 tahun) pada Kamis malam masing-masing stabil di level 2,96% dan 3,10%. Stabilnya imbal hasil US Treasury didorong oleh melemahnya data inflasi di AS. Asal tahu saja, data Consumer Price Index (CPI) AS di bulan Agustus tumbuh 0,2% atau di bawah ekspektasi sebesar 0,3%.
Di sisi lain, pergerakan harga minyak mentah dan gas alam dunia menahan kenaikan imbal hasil US Treasury. Kamis malam, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 2,5% (US$ 68,8 per barel) sedangkan harga gas alam turun 0,05% (US$ 2,81 per MMBtu). “Turunnya harga karena kekhawatiran investor akan permintaan dari negara-negara berkembang yang melemah akibat krisis keuangan,” papar Mikail, dalam riset hari ini.
Sentimen-sentimen ini dinilai dapat membuat imbal hasil SUN bergerak turun. Mikail memprediksi, imbal hasil SUN tenor 10 tahun akan bergerak di kisaran 8,40%--8,60% pada hari ini. Adapun seri obligasi negara yang ia rekomendasikan hari ini antara lain FR0064, FR0070, FR0071, dan FR0072.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News