Reporter: Dityasa H Forddanta, Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan BI 7-days reverse repo rate (BI 7-DRR) di 5,25%. Namun, hal itu tak membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sumringah. Kemarin, Kamis (19/7), indeks tergelincir 0,33% ke level 5.871,08.
Aksi jual investor asing turut menekan pergerakan IHSG. Net sell asing kemarin mencapai Rp 76,04 miliar. "Pasar maunya suku bunga naik," ujar Harry Su, Managing Director & Head of Equity Capital Market Samuel Internasional, pada KONTAN, Kamis (19/7).
Pertimbangannya, suku bunga London Interbank Offer Rate (LIBOR) saja sekarang ada di level 5,75%. Idealnya, lanjut Harry, suku bunga acuan BI setara dengan LIBOR.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, ditahannya suku bunga acuan justru membuat posisi rupiah melemah. Kemarin, nilai tukar rupiah terus tertekan hingga menembus Rp 14.500 per dollar Amerika Serikat (AS).
Melemahnya rupiah bisa membuat pergerakan bisnis industri melambat. Sebab, tak sedikit bahan baku yang masih harus impor. Pelemahan rupiah berpotensi berlanjut akibat sentimen perang dagang dan kenaikan lanjutan bunga The Fed.
"Depresiasi rupiah justru bisa membuat ekonomi melambat," tandas Edwin. Investor melihat hal tersebut sebagai sentimen negatif, sehingga mereka menarik diri dari bursa saham.
Wait and see
Berdasarkan sentimen yang terlihat saat ini, analis menilai IHSG sulit kembali rally. "Bisa flat ke level 6.300 saja sudah bagus," imbuh Harry. Itu pun dengan asumsi proses politik jelang pemilu tahun depan berjalan lancar sesuai harapan pasar.
Harry menilai target level 6.000 untuk IHSG saat ini lebih realistis. Oleh karena itu, posisi yang paling cocok untuk saat ini adalah trading, belum untuk jangka panjang. "Karena banyaknya bansos menjelang pemilu, saya rasa sektor konsumen atau ritel bisa untuk trading," jelas Harry.
Setali tiga uang, William Hartanto, analis Panin Sekuritas, menyarankan, sebaiknya investor mengambil sikap wait and see. "Bisa trading dengan memanfaatkan musim rilis laporan keuangan," ujar William.
Kinerja emiten di kuartal II sejatinya bisa menjadi acuan perkiraan fundamental emiten sepanjang tahun. Namun, Edwin memprediksi tidak banyak kejutan terkati kinerja emiten di periode tersebut. Apalagi, rupiah sudah lebih dulu melemah, sehingga mempengaruhi kinerja emiten.
Melihat itu, Edwin menilai tidak mudah bagi IHSG menyentuh level optimistis di 6.210. Ia menghitung target IHSG yang lebih moderat di akhir tahun, yaitu 5.800. Ia menyarankan, investor sebaiknya menyisihkan sebagian dana dalam bentuk kas. "Saran saya, 60% cash, sisanya bisa ke portofolio lain," saran Edwin.
Bila ingin masuk ke saham, investor harus selektif. Saham sektor properti bisa menjadi pertimbangan. Keputusan BI menahan suku bunga acuan akan membuka peluang penyaluran kredit properti.
Saham konstruksi, terutama yang berkaitan dengan infrastruktur jalan, juga bisa dicermati. Suku bunga yang stabil akan membuat dana pinjaman untuk ekspansi menjadi murah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News