Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu mempertahankan dirinya tetap berada di atas level 6.000. Hanya dalam sekejap, indeks anjlok hingga 3,55% ke level 5.861,25 hari ini.
Sentimen eksternal lagi-lagi menjadi biang keladinya. "Sentimen Turki dan The Fed," ujar Managing Director and Head of Equity Capital Market Samuel Internasional, Harry Su kepada Kontan.co.id, Senin (13/8).
Namun, efek sentimen itu tak mengenai IHSG secara langsung. Kian memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan Turki membuat mata uang lira tertekan. Sudah jatuh tertimpa tangga, defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Turki mencapai level lebih dari 5%.
Krisis yang terjadi di Turki turut menimbulkan riak pasar mata uang emerging market, salah satunya rupiah. Hari ini, mata uang garuda menembus level Rp 14.600 per dollar Amerika Serikat (AS).
Sayang, itu bukan satu-satunya sentimen negatif. Kenaikan lanjutan suku bunga acuan Federal Reserve masih meghantui. Dari dalam negeri, defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) masih menjadi pertimbangan pelaku pasar.
Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar bilang, krisis Turki adalah hal yang berbeda dengan CAD Indonesia. Tapi, keduanya punya sedikit keterkaitan.
Dengan level CAD, Turki berada dalam kondisi krisis. Sedang CAD Indonesia sekarang sekitar 2,7%, mendekati ambang batas aman 3%. "Memang jauh, kita masih 3% tapi tak bisa dipungkiri itu jadi perhatian pelaku pasar," imbuh William.
Depresiasi kurs membuat dana asing terutama di pasar obligasi lari keluar. Keluarnya dana asing tersebut yang juga memberikan tekanan terhadap IHSG. Hari ini, investor asing mencatat penjualan bersih Rp 646,88 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News