kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Investasi mempertimbangkan ESG mulai menjadi perhatian, berikut dampaknya


Jumat, 15 Oktober 2021 / 20:56 WIB
Investasi mempertimbangkan ESG mulai menjadi perhatian, berikut dampaknya
ILUSTRASI. Pekerja melintas dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berinvestasi mempertimbangkan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) kian menjadi perhatian. Walaupun penerapannya di Indonesia masih tergolong minim, investasi dengan fokus ESG diprediksi akan terus berkembang ke depan. 

Direktur dan Kepala Riset Indonesia untuk Riset dan Analisis Investasi PT Citigroup Sekuritas Indonesia Ferry Wong mencermati, aspek ESG dalam berinvestasi kini mulai diimplementasikan oleh pihak sell side maupun buy side di berbagai negara.

"Mula-mula dari Eropa, lalu Amerika, kemudian ke Asia termasuk Indonesia sudah memulainya," jelas Ferry di acara ESG Investing & Market Outlook dalam Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2021 yang digelar secara virtual, Jumat (15/10). 
Menurutnya saat ini, investasi berbasis ESG diterapkan oleh 50% investor asing. Adapun untuk investor institusi domestik sekitar 30% hingga 40% yang telah mengimplementasikannya. 

Semakin menguatnya kesadaran akan pentingnya ESG, diproyeksi akan memicu pergeseran struktur ekspor dalam jangka panjang. Ini tidak terlepas dari dekarbonisasi yang mulai diterapkan oleh pemerintah Indonesia. 

Baca Juga: Green index masih melorot sejak awal tahun, ini faktor pemberatnya

Ekspor yang semula bergantung pada Crude Palm Oil (CPO) dan batubara, nantinya akan lebih terdiversifikasi atau beralih ke produk-produk yang lebih sustain.

Oleh karenanya, bagi emiten yang tidak memperhatikan aspek ESG dalam menjalankan perusahaannya, bukan tidak mungkin akan ditinggalkan oleh investor nantinya. Ini mulai tampak pada kepemilikan asing yang terus menurun dalam saham sektor tertentu yang dinilai kurang ramah ESG. 

Sebenarnya, ini bukan berarti saham-saham yang kerap dinilai tidak sustain seperti CPO dan batubara benar-benar kehilangan investornya. Sebab, investor masih bisa melirik saham-saham itu selama memiliki scoring atau penilaian ESG yang tinggi. Misalnya saja, investor masih bisa masuk ke emiten-emiten CPO yang mengantongi sertifikasi Roundtable for Sustainable Palm Oil (RSPO). 

Director, Head of Marketing and Product Development PT BNP Paribas Asset Management Maya Kamdani menambahkan, invetasi berkelanjutkan sudah menjadi topik utama di negara-negara maju.

Survei BNP Paribas Asset Management Global menujukkan, investasi berbasis ESG semakin menjadi pertimbangan saat ini karena masyarakat mulai merasakan dampak dari perubahan iklim. Di sisi lain, adanya perubahan consumer behavior, serta pandemi Covid-19 yang mendorong masyarakat semakin mempertimbangkan aspek sosial.

Maya tidak memungkiri, saat ini investasi mempertimbangkan ESG memang lebih diperhatikan oleh investor institusi. Akan tetapi, ia mulai melihat adanya arah investor ritel memperhatikan aspek-aspek tersebut dalam berinvestasi, khususnya investor ritel milenial. Walau memang, kesadaran tersebut memerlukan waktu yang panjang.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×