Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi yang dilakukan oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) ke sejumlah emiten dinilai bisa menjadi sentimen positif. Terbaru, Danantara akan berinvestasi di proyek PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) senilai Rp 13 triliun.
Sementara itu, sejumlah emiten yang santer dikabarkan akan menerima investasi dari Danantara adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), dan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Khusus TOBA, sudah membantah ada rencana kerjasama dengan Danantara.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata menilai suntikan dari Danantara dan INA ke TPIA merupakan sinyal strategis yang memperkuat transformasi bisnis perusahaan menuju green petrochemical dan industrial complex.
“Ini memperkuat funding visibility proyek CAP2 senilai US$ 5 miliar sekaligus mengurangi beban pembiayaan dari pinjaman eksternal,” ujar Liza kepada Kontan, Selasa (17/6).
Baca Juga: Masuknya Danantara Bisa Jadi Katalis Saham, Tapi Investor Diminta Cermati Fundamental
Dari sisi pasar, masuknya investor sovereign fund ini juga menjadi katalis re-rating yang kuat bagi valuasi TPIA dalam jangka menengah hingga panjang. Apalagi jika ekspansi ini berhasil memperbaiki margin EBITDA yang sempat tertekan oleh fluktuasi harga naphta.
Untuk emiten lain yang disebut-sebut masuk radar Danantara, seperti PGEO, ANTM, GIAA, KAEF, dan TOBA, Liza menilai hal itu bisa menjadi sinyal kuat bagi investor.
“Penyebutan emiten sebagai target Danantara dapat menjadi sinyal re-rating jangka pendek, terutama bagi saham-saham yang undervalued atau menghadapi tantangan pendanaan proyek,” jelas dia.
Meski demikian, ia mengingatkan, pasar akan tetap selektif. Investor akan mencermati kejelasan bentuk investasi, konkret tidaknya komitmen, dan sejauh mana hal tersebut berkontribusi terhadap perbaikan kinerja.
Adapun tiga saham yang dinilai paling prospektif mendapat dorongan dari masuknya Danantara adalah PGEO, TPIA, dan ANTM. PGEO dinilai potensial karena proyek ekspansi panas bumi sangat bergantung pada dukungan modal dan mitra strategis.
TPIA pun Ia nilai sudah siap secara fundamental karena proyeknya sedang dalam tahap konstruksi, sedangkan ANTM punya momentum dari agenda hilirisasi nikel dan ekosistem kendaraan listrik (EV).
Dari sisi skema investasi, menurut Liza, pendekatannya bisa berbeda-beda tergantung kebutuhan. Di TPIA, Danantara masuk lewat penyertaan modal langsung.
Untuk PGEO atau TOBA, bisa saja dalam bentuk pengembangan bersama (joint development) atau pembiayaan proyek. Sementara untuk GIAA dan KAEF, bisa berupa penyertaan bersyarat atau strategi restrukturisasi.
Untuk GIAA, suntikan modal akan memperpanjang runway perusahaan untuk bertahan, meski investor masih menanti bukti perbaikan operasional yang konsisten.
Baca Juga: TBS Energi (TOBA) Bantah Ada Pembahasan Kerja Sama dengan Danantara
Secara umum, ujar Liza, masuknya Danantara berpotensi menciptakan tema baru di pasar saham, yaitu saham-saham yang terasosiasi dengan sovereign wealth fund.
"Dalam jangka pendek, ini akan menjadi tema sektoral baru di pasar, mirip dengan tren ESG atau EV stocks. Namun investor tetap perlu selektif menilai kesiapan fundamental dan eksekusi bisnisnya," kata Liza.
Selanjutnya: Hilirisasi Besi-Baja Justru Dorong Indonesia Impor Batubara Kokas Lebih Banyak
Menarik Dibaca: Ada Diskon Tiket Kereta 30%, 952.639 Tiket Sudah Terjual
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News