Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi yang dilakukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) ke sejumlah emiten dinilai bisa menjadi sentimen positif, terutama dalam jangka pendek. Terbaru, Danantara dan Indonesia Investment Authority (INA) akan berinvestasi sekitar Rp 13 triliun ke proyek PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).
Sementara itu, sejumlah emiten yang santer dikabarkan akan menerima investasi dari Danantara adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Kimia Farma Tbk (KAEF).
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai investasi Danantara bisa mendorong likuiditas dan minat investor. Namun, sentimen ini dinilai bersifat sementara jika tidak didukung fundamental yang kuat dari emiten terkait.
“Tentu akan ada efek positif untuk saham-saham yang akan dikoleksi Danantara, yaitu saat saham-saham itu mulai dibeli. Transaksi harian akan meningkat,” ujar Budi kepada Kontan, Selasa (17/6).
Baca Juga: Danantara dan INA Investasi Rp 13 Triliun ke Pabrik Kimia Chandra Asri (TPIA)
Budi menambahkan, dari sejumlah emiten yang dikaitkan dengan Danantara, saham TPIA dan ANTM menjadi dua yang paling berpotensi menarik perhatian dalam waktu dekat.
Budi menilai suntikan dana jumbo senilai Rp 13 triliun dari INA dan Danantara ke TPIA dinilai bisa menjadi katalis paling tidak sampai akhir 2025.
Sementara itu, dari sisi Danantara sendiri, investasi saham dinilai tetap memiliki potensi keuntungan dalam bentuk dividen dan capital gain. Namun, ada pula risiko, terutama jika ingin keluar dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
“Setelah lewat 3 hingga 6 bulan, capital gain atau capital loss akan tergantung fundamental perusahaan. Danantara juga berisiko mengalami capital loss dan kesulitan divestasi dalam waktu cepat,” ujarnya.
Menurut Budi, secara keseluruhan langkah Danantara bisa memunculkan tren baru yakni saham yang terafiliasi dengan sovereign wealth fund berpotensi lebih diperhatikan pasar.
Meski begitu, ia menegaskan, keputusan investasi tetap harus mempertimbangkan performa dan kinerja perusahaan, bukan hanya sentimen.
Baca Juga: TBS Energi (TOBA) Bantah Ada Pembahasan Kerja Sama dengan Danantara
Selanjutnya: Kemenkeu Proyeksi Belanja Perpajakan Bengkak Hingga Rp 515 Triliun pada 2025
Menarik Dibaca: Ingin Dividen dari Aneka Tambang? Paling Lambat Beli Saham ANTM pada 20 Juni
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News