kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini rencana eksplorasi tambang mineral Bumi Resources Minerals (BRMS)


Rabu, 06 November 2019 / 17:41 WIB
Ini rencana eksplorasi tambang mineral Bumi Resources Minerals (BRMS)
ILUSTRASI. tambang emas PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Bumi Resources Minerals (BRMS) terus menggenjot ekspansi tambang mineral.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk terus menggenjot upaya ekspansi ke tambang mineral. Emiten dengan kode saham BRMS ini akan mengoperasikan tambang emas, tembaga, hingga seng dan timah hitam yang tersebar di Sumatra dan Sulawesi.

Melalui anak usahanya yakni PT Citra Palu Minerals (CPM), BRMS memiliki hak konsesi pertambangan emas seluas 85.180 hektare yang tersebar di Sulawesi Tengah dan Selatan.

CPM memiliki enam blok pertambangan dengan cadangan sumberdaya bijih sebesar 7,9 juta ton dengan valuasi nilai kotor (gross value) senilai US$ 1,47 miliar.

Baca Juga: Produksi emas batangan, Bumi Resources Minerals ​(BRMS) gandeng Antam

Salah satu proyek yang akan beroperasi dalam waktu dekat adalah tambang emas Poboya yang memiliki cadangan bijih sebesar 3,9 juta ton dengan usia tambang 8 tahun.

“Kegiatan operasional tambang Poboya akan dimulai pada akhir 2019,” ujar Direktur sekaligus Investor Relations BRMS Herwin Wahyu Hidayat di Jakarta, Rabu (6/11).

Pada tahun pertama, produksi di tambang Poboya ditargetkan sebeesar 100.000 ton bijih per tahun. Untuk tahun selanjutnya, produksi akan konsisten sebesar 180.000 ton bijih per tahun.

Hingga saat ini, proses pembangunan pabrik telah mencapai 87%. Adapun proses dry run dan wet run akan dilakukan pada akhir tahun dan setelahnya akan dilakukan uji coba produksi.

Baca Juga: Laba anjlok 63%, ini penjelasan managemen Bumi Resources (BUMI)

BRMS berencana mengolah bijih emas menjadi dore bullion lewat fasilitas smelter milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di Pulogadung, Jakarta, untuk kemudian diproses menjadi emas batangan.

Proyek BRMS selanjutnya adalah tambang seng dan timah hitam Dairi di Sumatera Utara yang dioperasikan oleh PT Dairi Prima Mineral (DPM). Proyek dengan konsesi lahan seluas 24.636 hektare ini memiliki sumberdaya bijih sekitar 25 juta ton dengan valuasi kotor senilai US$ 5,75 miliar.

Herwin mengklaim, seng yang dihasilkan di tambang Dairi merupakan salah satu deposit seng dengan grade (kualitas) tertinggi di dunia yakni sebesar 11,5% Zn. Adapun usia dari tambang ini adalah 15 tahun yang berasal dari situs Anjing Hitam dan Lae Jahe.

Proyek Dairi diperkirakan akan mulai produksi pada 2021. Pada tahun pertama, BRMS menargetkan dapat menambang 250 ribu ton bijih pertahun. Pada tahun kedua, produksi akan naik dua kali lipat menjadi 500 ribu ton per tahun.

Baca Juga: Gandeng Freeport & Amman Mineral, BRMS buka opsi kerjasama bangun smelter

Sementara pada tahun ketiga dan seterusnya, produksi akan konsisten di angka 1 juta ton bijih per tahun. Saat ini, situs Anjing Hitam dan Lae Jahe sedang dalam konstruksi pembangunan infrastruktur.

Terakhir adalah proyek tambang emas dan tembaga BRMS yang terletak di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Dijalankan oleh PT Gorontalo Minerals, proyek Gorontalo memiliki konsesi kontrak karya seluas 24.995 hektare dengan cadangan bijih sebanyak 100 juta ton.

Adapun perkiraan nilai kotor (gross value) dari proyek Gorontalo Minerals mencapai US$ 3,85 miliar.

Herwin mengatakan, saat ini BRMS tengah mengupayakan untuk memproses bijih tembaga jenis oxide menjadi tembaga (copper cathode) dengan menggunakan metode sulphuric acid leaching.

Singkatnya, bijih tembaga yang telah ditambang di Gorontalo akan dihancurkan menjadi serbuk yang kemudian akan dilarutkan dalam cairan sulphuric acid. Setelah proses pencampuran inilah maka bijih tembaga akan bertransformasi menjadi copper cathode yang bisa langsung dijual ke pasar ekspor.

Baca Juga: Berhasil cetak untung di kuartal 3 2019 pasca merugi, saham BRMS melejit 12%

Jika proses ini berhasil, Herwin mengklaim BRMS dapat menghemat biaya produksi. “Dengan metode ini maka akan ada penghematan biaya karena kami tidak perlu membangun fasilitas smelter yang cukup mahal,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×