Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
Proyek BRMS selanjutnya adalah tambang seng dan timah hitam Dairi di Sumatera Utara yang dioperasikan oleh PT Dairi Prima Mineral (DPM). Proyek dengan konsesi lahan seluas 24.636 hektare ini memiliki sumberdaya bijih sekitar 25 juta ton dengan valuasi kotor senilai US$ 5,75 miliar.
Herwin mengklaim, seng yang dihasilkan di tambang Dairi merupakan salah satu deposit seng dengan grade (kualitas) tertinggi di dunia yakni sebesar 11,5% Zn. Adapun usia dari tambang ini adalah 15 tahun yang berasal dari situs Anjing Hitam dan Lae Jahe.
Proyek Dairi diperkirakan akan mulai produksi pada 2021. Pada tahun pertama, BRMS menargetkan dapat menambang 250 ribu ton bijih pertahun. Pada tahun kedua, produksi akan naik dua kali lipat menjadi 500 ribu ton per tahun.
Baca Juga: Gandeng Freeport & Amman Mineral, BRMS buka opsi kerjasama bangun smelter
Sementara pada tahun ketiga dan seterusnya, produksi akan konsisten di angka 1 juta ton bijih per tahun. Saat ini, situs Anjing Hitam dan Lae Jahe sedang dalam konstruksi pembangunan infrastruktur.
Terakhir adalah proyek tambang emas dan tembaga BRMS yang terletak di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Dijalankan oleh PT Gorontalo Minerals, proyek Gorontalo memiliki konsesi kontrak karya seluas 24.995 hektare dengan cadangan bijih sebanyak 100 juta ton.
Adapun perkiraan nilai kotor (gross value) dari proyek Gorontalo Minerals mencapai US$ 3,85 miliar.
Herwin mengatakan, saat ini BRMS tengah mengupayakan untuk memproses bijih tembaga jenis oxide menjadi tembaga (copper cathode) dengan menggunakan metode sulphuric acid leaching.
Singkatnya, bijih tembaga yang telah ditambang di Gorontalo akan dihancurkan menjadi serbuk yang kemudian akan dilarutkan dalam cairan sulphuric acid. Setelah proses pencampuran inilah maka bijih tembaga akan bertransformasi menjadi copper cathode yang bisa langsung dijual ke pasar ekspor.
Baca Juga: Berhasil cetak untung di kuartal 3 2019 pasca merugi, saham BRMS melejit 12%
Jika proses ini berhasil, Herwin mengklaim BRMS dapat menghemat biaya produksi. “Dengan metode ini maka akan ada penghematan biaya karena kami tidak perlu membangun fasilitas smelter yang cukup mahal,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News