kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini faktor di balik fenomena tumbuhnya investor pasar modal global


Senin, 15 Maret 2021 / 22:21 WIB
Ini faktor di balik fenomena tumbuhnya investor pasar modal global
ILUSTRASI. Bursa saham Asia. (Photo by Yoshio Tsunoda/AFLO)


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

Di dalam negeri, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, tumbuhnya jumlah investor pasar saham juga tidak terlepas dari fenomena ikut-ikutan. Namun, ada juga yang nyemplung ke pasar saham karena memang sudah melek akan dunia investasi

Yang jelas, sambung William, pertumbuhan investor yang signifikan dari tahun 2020 adalah faktor dorongan ekonomi. Hal ini tidak terlepas dari tingginya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemotongan gaji. “Sehingga orang-orang mencari sumber pendapatan lain,” terang William.

Zamzami menilai, pesatnya pertumbuhan investor  tentu memiliki efek yang positif. Selain membaiknya inklusi finansial, partisipasi investor makin juga semakin besar, sehingga diharapkan dapat mengangkat ekonomi individu, masyarakat, serta suatu negara secara keseluruhan.

Baca Juga: Indeks Pefindo25 melorot paling dalam sejak awal tahun, ini sebabnya

Namun, salah satu risiko yang muncul antara lain tumbuhnya risk taking yang berlebihan, sehingga dapat berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Herding behavior yang tinggi dapat menciptakan bubble dan crash.

Di sisi lain, kenaikan harga saham-saham lapis kedua dan ketiga yang terkenal volatile akhir-akhir ini, tidak semata-mata disebabkan oleh sikap ikut-ikutan investor pemula. William mengatakan, bisa saja kenaikan ini memang terkait adanya sentimen yang terjadi. Misalkan snetimen pengembangan bank digital yang berhasil membuat saham-saham bank kecil terbang tinggi.

Toh, ketimbang saham-saham lapis bawah yang volatile, William mengatakan investor pemula bisa mencermati saham-saham barang konsumsi dengan prospek jangka panjang, yang saat ini cenderung terkoreksi, seperti  PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), 

Zamzami juga mengamini, saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil memang risiko nya lebih besar. Perubahan harganya sangat sensitif pada arus dana yang masuk dan keluar. Namun,  sebelum ada gelombang penambahan investor  yang masif pun, sudah ada fenomena kenaikan harga di atas batas wajar.

“Yang penting, investor mengetahui risk profile mereka dan dapat menerima risiko yang mereka ambil tanpa mencederai pemenuhan kebutuhan dasar nya,” pungkas Zamzami.

Baca Juga: Cermati rekomendasi teknikal saham FREN, ASRI, DOID untuk Selasa (16/3)

Di sisi lain, tumbuhnya jumlah investor pemula kadang tidak pula dibarengi dengan kesadaran pengelolaan dana. Ambil contoh, banyak investor yang memakai uang panas untuk berinvestasi.

William mengatakan, kebiasaan tersebut merupakan hal yang sulit untuk dicegah. Investor awam akan tetap menggunakan uang panas selama dirasa merasa mampu mengikuti pasar. Tipe investor ini akan sadar apabila sudah mengalami kerugian (loss)

Toh, sebenarnya William tidak mempermasalahkan teknik dan penggunaan dana. Asalkan si pelaku pasar memang bisa mengikuti pergerakan pasar. “Jadi saran saya,  mereka yang pemula perlu memperdalam ilmu agar bisa mencapai kondisi tersebut, yakni mampu mengikuti pergerakan pasar,” pungkas dia.

Selanjutnya: IHSG diprediksi lanjut terkoreksi pada Selasa (16/3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×