kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Ini faktor di balik fenomena tumbuhnya investor pasar modal global


Senin, 15 Maret 2021 / 22:21 WIB
Ini faktor di balik fenomena tumbuhnya investor pasar modal global
ILUSTRASI. Bursa saham Asia. (Photo by Yoshio Tsunoda/AFLO)


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah investor tanah air terus bertumbuh meskipun di tengah sentimen pandemi. Per pertengahan Februari 2021, jumlah Single Investor Identification (SID) saham mencapai 2 juta akun. Jumlah ini naik 18,05% atau 306.020 SID dari akhir 2020 yang hanya sejumlah 1,69 juta akun.

Bahkan pada tahun lalu, jumlah SID saham melonjak 53,47% dari 1,1 juta SID pada akhir 2019.

Sebenarnya, fenomena pertumbuhan investor selama pandemi tidak hanya dialami bursa dalam negeri. Bursa Negara tetangga, Malaysia, juga mengalami pertumbuhan transaksi dan jumlah investor.

Baca Juga: IHSG diprediksi melemah, simak rekomendasi saham APLN hingga SRIL untuk Selasa (16/3)

Mengutip laman resmi Bursa Malaysia, nilai average daily trading value (ADV) sekuritas meningkat dua kali lipat, dari RM1,93 miliar di akhir 2019 menjadi RM4,21 miliar di akhir 2020.

Adapun investor ritel memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan likuiditas di bursa negeri Jiran tersebut. Pada 2020, ADV investor ritel telah meningkat sebesar 236% menjadi Rp 1,6 miliar, yang merupakan ADV ritel tertinggi dalam sejarah Bursa Malaysia.

Selain itu, sebanyak 65% dari total rekening Central Depository System (CDS) yang dibuka di Bursa Malaysia merupakan milik kaum milenial (usia 25-40 tahun).

Sementara di Amerika Serikat, gelombang baru investor ritel yang tak kenal takut, diperkirakan siap untuk menggelontorkan dana US$ 170 miliar ke dalam pasar saham, menurut laporan Deutsche Bank.

“Dengan potensi pembayaran stimulus langsung sebesar US$ 465 miliar sedang direncanakan, ini dapat mewakili arus masuk yang cukup besar ke pasar ekuitas, sebesar US$ 170 miliar," kata Deutsche Bank dalam laporannya, 24 Februari 2021.

Baca Juga: Terkoreksi 0,53%, begini prediksi IHSG pada Selasa (16/3)

Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menyebut, ada sejumlah faktor yang mendorong tumbuhnya minat berinvestasi di sejumlah bursa global.

Pertama, kemungkinan besar karena sektor riil yang kurang menguntungkan akibat pembatasan sosial selama pandemi. Alhasil, orang-orang mencoba peruntungan di sektor pasar modal.

Kedua, meningkatnya kepedulian (awareness) akan potensi pasar saham saat kondisinya sedang terjatuh. Hal ini didukung dengan pengaruh dari sosial media, forum investasi, dan mudahnya penyebaran arus informasi.

“Ketiga, mudahnya bertransaksi dengan kemudahan online melalui aplikasi, juga kemudahan membuka akun,” terang Zamzami kepada Kontan.co.id, Senin (15/3).

Selain itu, masyarakat juga belajar dari sejarah. Berkaca pada krisis 2008, dimana pasar saham sempat anjlok namun perlahan mulai bangkit bahkan mencetak all time high. Namun, hemat dia, pertumbuhan jumlah investor yang pesat saat ini lebih disebabkan oleh arus informasi yang lebih masif dan sangat terjangkau,  dengan menjamurnya pemakaian sosial media dan forum-forum daring.

Di dalam negeri, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, tumbuhnya jumlah investor pasar saham juga tidak terlepas dari fenomena ikut-ikutan. Namun, ada juga yang nyemplung ke pasar saham karena memang sudah melek akan dunia investasi

Yang jelas, sambung William, pertumbuhan investor yang signifikan dari tahun 2020 adalah faktor dorongan ekonomi. Hal ini tidak terlepas dari tingginya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemotongan gaji. “Sehingga orang-orang mencari sumber pendapatan lain,” terang William.

Zamzami menilai, pesatnya pertumbuhan investor  tentu memiliki efek yang positif. Selain membaiknya inklusi finansial, partisipasi investor makin juga semakin besar, sehingga diharapkan dapat mengangkat ekonomi individu, masyarakat, serta suatu negara secara keseluruhan.

Baca Juga: Indeks Pefindo25 melorot paling dalam sejak awal tahun, ini sebabnya

Namun, salah satu risiko yang muncul antara lain tumbuhnya risk taking yang berlebihan, sehingga dapat berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Herding behavior yang tinggi dapat menciptakan bubble dan crash.

Di sisi lain, kenaikan harga saham-saham lapis kedua dan ketiga yang terkenal volatile akhir-akhir ini, tidak semata-mata disebabkan oleh sikap ikut-ikutan investor pemula. William mengatakan, bisa saja kenaikan ini memang terkait adanya sentimen yang terjadi. Misalkan snetimen pengembangan bank digital yang berhasil membuat saham-saham bank kecil terbang tinggi.

Toh, ketimbang saham-saham lapis bawah yang volatile, William mengatakan investor pemula bisa mencermati saham-saham barang konsumsi dengan prospek jangka panjang, yang saat ini cenderung terkoreksi, seperti  PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), 

Zamzami juga mengamini, saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil memang risiko nya lebih besar. Perubahan harganya sangat sensitif pada arus dana yang masuk dan keluar. Namun,  sebelum ada gelombang penambahan investor  yang masif pun, sudah ada fenomena kenaikan harga di atas batas wajar.

“Yang penting, investor mengetahui risk profile mereka dan dapat menerima risiko yang mereka ambil tanpa mencederai pemenuhan kebutuhan dasar nya,” pungkas Zamzami.

Baca Juga: Cermati rekomendasi teknikal saham FREN, ASRI, DOID untuk Selasa (16/3)

Di sisi lain, tumbuhnya jumlah investor pemula kadang tidak pula dibarengi dengan kesadaran pengelolaan dana. Ambil contoh, banyak investor yang memakai uang panas untuk berinvestasi.

William mengatakan, kebiasaan tersebut merupakan hal yang sulit untuk dicegah. Investor awam akan tetap menggunakan uang panas selama dirasa merasa mampu mengikuti pasar. Tipe investor ini akan sadar apabila sudah mengalami kerugian (loss)

Toh, sebenarnya William tidak mempermasalahkan teknik dan penggunaan dana. Asalkan si pelaku pasar memang bisa mengikuti pergerakan pasar. “Jadi saran saya,  mereka yang pemula perlu memperdalam ilmu agar bisa mencapai kondisi tersebut, yakni mampu mengikuti pergerakan pasar,” pungkas dia.

Selanjutnya: IHSG diprediksi lanjut terkoreksi pada Selasa (16/3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×