Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tahun lalu merupakan tahun yang ekspansif bagi PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Bukan hanya di dalam negeri, tapi ekspansi yang dilakukan juga dengan akuisisi atas beberapa perusahaan asing.
Sedikit menengok ke belakang, tahun lalu INDF membeli 50% saham perusahaan gula Brasil bernama Companhia Mineira de Acucar e Alcool Participacoes (CMAA). Lalu, ada akuisisi atas saham China Minzhong Food Corporation Limited (CMFC), perusahaan pengolahan sayuran. INDF mengakuisisi 29,33% saham China Minzhong S$ 195,22 juta.
Lantas, apa yang menjadi pendorong INDF gencar dengan akuisisi tersebut? Selain karena posisi produk Indomie yang sudah jenuh sehingga memaksa INDF melakukan diversifikasi produk demi memperoleh value added yang lebih besar, ini juga merupakan cara memperbesar kinerja INDF untuk masa mendatang.
"Daripada sewa atau buka konsultan (bisnis) lebih baik kami langsung terjun langsung," tandas Anthoni Salim, Chief Executive Officer INDF belum lama ini.
Soal CMAA, Anthoni bilang Brazil merupakan produsen gula terbesar di dunia. Karena besar, berarti Negeri Samba ini telah memiliki teknologi produksi gula beserta produk turunannya yang sangat mumpuni.
Dengan akuisisi tersebut, baik INDF maupun CMAA sama-sama bisa saling menambal kekosongan suplai gula baik di pasar kedua negara atau pun wilayah lainnya. INDF juga bisa mempelajari teknlogi yang digunakan Brazil untuk memproduksi dan menjual gula beserta turunannya secara lebih efisien.
"Kami bisa mengambil teknologi dari Brazil dan itu bisa dijadikan acuan untuk meningkatkan produktifitas, sehingga daripada buka konsultan mending kami buka sendiri. Jadi, kalo dilihat jangka panjang, kami bisa mencari bantuan atau teknis-teknis yang belum ada di Indonesia, transfer teknologi," tutur Anthoni.
Hal serupa juga bakal dilakukan INDF atas CMFC. Bisa disimpulkan, INDF memperoleh keberuntungan ganda alias double luck atas semua akuisisi tersebut. Duit yang dikeluarkan memang terbilang besar, tapi dengan prospek transfer teknologi yang berujung pada efisiensi produktifitas merupakan fundamental jangka panjang yang sangat baik.
Tahun ini, manajemen mengaku belum ada rencana untuk berhenti mengakuisisi. Jika ada kesempatan, INDF akan langsung masuk. Meski masih merahasiakan nominalnya, namun manajemen memastikan bahwa anggaran untuk akuisisi berikutnya merupakan anggaran terpisah, diluar anggaran belanja modal INDF tahun ini yang sebesar Rp 9,6 triliun.
"Ini semua bukan hanya untuk memperluas market, tapi juga untuk menekan ongkos di Indonesia," pungkas Anthoni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News