kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri semen diprediksi lesu, begini prospek Indocement (INTP)


Rabu, 15 April 2020 / 19:10 WIB
Industri semen diprediksi lesu, begini prospek Indocement (INTP)
ILUSTRASI. Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Industri semen tahun ini diprediksi tidak akan semenarik tahun lalu.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri semen tahun ini diprediksi tidak akan semenarik tahun lalu. Hal ini lantaran banyaknya tekanan yang muncul sejak awal tahun, mulai dari bencana banjir di sebagian besar wilayah Indonesia, tingginya persaingan bisnis semen di tengah lesunya permintaan, dan dilanjutkan dengan dampak penyebaran virus corona yang menekan kondisi ekonomi nasional hingga global.

Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin dalam risetnya 24 Maret 2020 merekomendasi buy untuk saham INTP dengan target harga Rp 14.200 per saham. Optimisme akan kinerja INTP didukung oleh kinerja emiten sepanjang 2019 yang positif dan diharapkan berlanjut dengan upaya efisiensi tahun ini.  

Sebagai informasi, tahun lalu emiten semen tersebut membukukan kenaikan laba bersih sebanyak 60,2% secara year on year (yoy) menjadi Rp 1,84 triliun. Angka tersebut diakui lebih tinggi dari ekspektasi Mirae Asset Sekuritas dan juga angka konsensus.

Baca Juga: Saham Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) masih menarik diliri, asalkan...

Sejalan dengan kenaikan laba tersebut, INTP juga membukukan pertumbuhan pada angka pendapatan sepanjang 2019 sebanyak 4,9% menjadi Rp 15,9 triliun. Mimi menjelaskan, tingginya pertumbuhan bisnis semen tahun lalu juga didukung adanya kenaikan rata-rata harga jual atawa average selling price (ASP).

"Ke depan, permintaan kemungkinan akan terpukul dampak pelambatan ekonomi akibat Covid-19. Kami juga tidak mengharapkan adanya kenaikan signifikan pada ASP tahun ini," ungkap Mimi dalam risetnya.

Meskipun begitu, INTP memiliki neraca keuangan yang cukup kuat di tahun lalu. Untuk itu, ke depan Mimi memperkirakan emiten masih mampu mempertahankan kinerja keuangannya tahun ini, di tengah ancaman volume penjualan yang moderat.

Baca Juga: Penundaan proyek akibat wabah virus corona menggerus bisnis material bangunan

Asal tahu saja, Manajemen INTP telah memangkas proyeksi pertumbuhan angka permintaan semen di 2020 dari semula 3%-4% menjadi hanya 2%. Alasannya karena pertimbangan dampak pandemi Covid-19.

Alhasil, Mimi merevisi proyeksi pertumbuhan pendapatan INTP sepanjang 2020 jadi 1,1% yoy. Sedangkan untuk laba diyakini masih akan meningkat hingga 19,1% menjadi Rp 2,2 triliun. "Kami percaya INTP dapat menghemat lebih banyak biaya dari tarif listrik yang lebih rendah tahun ini," ujarnya.

Adapun Analis Valbury Sekuritas Indonesia Budi Rustanto merekomendasikan hold untuk saham INTP dengan target harga Rp 12.000 per saham, dalam riset yang dirilis 23 Maret 2020. Menurut Budi, kondisi ekonomi yang lesu menjadi alasan utama yang membuat permintaan semen domestik relatif sepi bahkan moderat tahun ini.

"Ditambah lagi adanya kebijakan moneter yang longgar dan fokus pemerintah terhadap infrastruktur dan investasi, membuat INTP berjuang untuk menjaga stabilitas harga jual dan pangsa pasar," ungkap Budi dalam riset.

Baca Juga: Meski Zero Debt, INTP Tidak Sepenuhnya Lepas dari Tekanan Akibat Pelemahan Rupiah

Apalagi, Budi menjelaskan dalam dua bulan pertama tahun ini, penjualan semen domestik INTP tercatat turun 6,2% yoy menjadi 2,61 juta ton akibat curah hujan yang tinggi dan memicu bencana banjir yang luas.

Dengan begitu, penjualan INTP diketahui turun di Jawa Timur, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur, dengan disertai persaingan yang ketat. Sedangkan untuk penjualan di Jawa Barat dan Jawa Tengah terbilang masih tetap kuat. "Kehadiran INTP yang kuat di Jawa Barat menjadi keuntungan utama emiten dalam memenuhi permintaan di wilayah tersebut," ujar Budi.

Untuk itu, di tengah hambatan ekonomi Valbury Sekuritas memperkirakan permintaan semen nasional cenderung moderat, dengan pembangunan infrastruktur dan pemulihan sektor properti. Sementara itu, sentimen properti banyak mendapat keuntungan di tengah pelonggaran moneter, diikuti pelonggaran persyaratan cadangan primer dan loan to value (LTV).

Baca Juga: Ini cara Indocement (INTP) mempertahankan margin di tengah pelemahan rupiah

Selanjutnya, pemerintah juga masih menjadikan pembangunan infrastruktur dan investasi sebagai prioritas ke depan. Ditambah lagi, pengurangan pajak akan perumahan kelas atas juga menjadi sentimen yang bisa mendorong prospek kinerja emiten ke depan.

"Kami percaya INTP juga akan mendapatkan manfaat dari relokasi modal ke Kalimantan karena memiliki pabrik dan terminal yang terintegrasi," imbuh Budi.

Hanya saja, beberapa hal masih menjadi perhatian termasuk risiko adanya kelebihan pasokan hingga 10 juta ton, di tengah persaingan industri semen yang ketat. Untuk itu, emiten diharapkan bisa menjaga stabilitas margin dengan biaya energi yang lebih rendah, khususnya harga batubara yang tengah turun dan dikompensasi dengan depresiasi rupiah.

Mengutip RTI, pada perdagangan Rabu (15/4) harga saham INTP turun 0,65% ke level Rp 11.550 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×