kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ini cara Indocement (INTP) mempertahankan margin di tengah pelemahan rupiah


Selasa, 07 April 2020 / 20:26 WIB
Ini cara Indocement (INTP) mempertahankan margin di tengah pelemahan rupiah
ILUSTRASI. Pelemahan nilai tukar rupiah turut berdampak pada kenaikan biaya produksi Indocement (INTP).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus corona (Covid-19) turut membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah. Beberapa emiten pun melakukan strategi guna mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah. Salah satunya adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah turut berdampak pada kenaikan biaya produksi. Sebab, Antonius mengaku sebagian besar biaya produksi mengacu pada mata uang dolar AS.

Salah satunya adalah bahan bakar, yakni batubara yang dibeli menggunakan acuan dolar AS. Melansir laporan keuangan INTP per 31 Desember 2019, emiten semen ini membukukan beban bahan bakar dan listrik senilai Rp 4,2 triliun atau 41% dari total beban pokok pendapatan yang mencapai Rp 10,43 triliun.

Untuk menjaga margin, konstituen Indeks Kompas100 ini gencar melakukan efisiensi biaya. “Efisiensi biaya dilakukan dengan hanya menjalankan pabrik pabrik kami yang terbaru dan juga lebih fokus kepada home market untuk efisiensi di biaya distribusi,” terang Antonius kepada Kontan.co.id, Selasa (7/4).

Baca Juga: Antisipasi virus corona, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) revisi target penjualan

Selain itu, efisiensi juga dilakukan dengan memperbanyak pemakaian bahan bakar alternatif untuk menggantikan batubara yang harga belinya mengacu pada dolar AS.

Salah satu bahan bakar alternatif yang telah digunakan INTP adalah sludge oil. Sementara itu, Antonius bilang fasilitas pengolahan 1.500 ton sampah menjadi bahan bakar pengganti batubara atau refuse derived fuel (RDF) masih dalam proses penyelesaian.

Antonius juga menegaskan INTP memiliki profil zero debt, sehingga INTP tidak terbebani kenaikan biaya pinjaman terkait seiring dengan pelemahan rupiah.

Baca Juga: Kinerja moncer di tengah oversupply, ini rekomendasi saham Indocement (INTP)

Tahun lalu, INTP membukukan pendapatan sebesar Rp 15,94 triliun atau naik tipis 4,9% dari realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp 15,19 triliun. Dus, kenaikan pendapatan ini turut mendorong kenaikan laba bersih INTP sebesar 60,26% menjadi Rp 1,83 triliun.

Dalam risetnya bulan lalu (20/3), Analis Danareksa Sekuritas Maria Renata menilai, laba bersih INTP sepanjang tahun 2019 mencapai 111.9% dari estimasi yang dipasang dan mencapai 110,6% dari perkiraan konsensus. Sementara realisasi pendapatan INTP mencerminkan 100,2% dari total konsensus.

INTP membukukan pertumbuhan penjualan yang kuat di daerah asalnya, yakni Jawa Barat, yang tumbuh 9,4% secara year-on-year (yoy). Namun, INTP membukukan penjualan yang lebih rendah di wilayah Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Baca Juga: Begini siasat Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) hadapi kondisi pasar yang fluktuatif

INTP juga berhasil mempertahankan posisinya sebagai pemain terbesar kedua di pasar domestik dengan penguasaan pasar mencapai 25,5% pada akhir 2019. Menimbang hal ini, Maria mempertahankan rekomendasi beli (buy) saham INTP dengan target harga Rp 21.600 per saham. Pada perdagangan hari ini, saham INTP ditutup 4,25% ke level Rp 12.400 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×