Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Adapun Analis Valbury Sekuritas Indonesia Budi Rustanto merekomendasikan hold untuk saham INTP dengan target harga Rp 12.000 per saham, dalam riset yang dirilis 23 Maret 2020. Menurut Budi, kondisi ekonomi yang lesu menjadi alasan utama yang membuat permintaan semen domestik relatif sepi bahkan moderat tahun ini.
"Ditambah lagi adanya kebijakan moneter yang longgar dan fokus pemerintah terhadap infrastruktur dan investasi, membuat INTP berjuang untuk menjaga stabilitas harga jual dan pangsa pasar," ungkap Budi dalam riset.
Baca Juga: Meski Zero Debt, INTP Tidak Sepenuhnya Lepas dari Tekanan Akibat Pelemahan Rupiah
Apalagi, Budi menjelaskan dalam dua bulan pertama tahun ini, penjualan semen domestik INTP tercatat turun 6,2% yoy menjadi 2,61 juta ton akibat curah hujan yang tinggi dan memicu bencana banjir yang luas.
Dengan begitu, penjualan INTP diketahui turun di Jawa Timur, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur, dengan disertai persaingan yang ketat. Sedangkan untuk penjualan di Jawa Barat dan Jawa Tengah terbilang masih tetap kuat. "Kehadiran INTP yang kuat di Jawa Barat menjadi keuntungan utama emiten dalam memenuhi permintaan di wilayah tersebut," ujar Budi.
Untuk itu, di tengah hambatan ekonomi Valbury Sekuritas memperkirakan permintaan semen nasional cenderung moderat, dengan pembangunan infrastruktur dan pemulihan sektor properti. Sementara itu, sentimen properti banyak mendapat keuntungan di tengah pelonggaran moneter, diikuti pelonggaran persyaratan cadangan primer dan loan to value (LTV).
Baca Juga: Ini cara Indocement (INTP) mempertahankan margin di tengah pelemahan rupiah
Selanjutnya, pemerintah juga masih menjadikan pembangunan infrastruktur dan investasi sebagai prioritas ke depan. Ditambah lagi, pengurangan pajak akan perumahan kelas atas juga menjadi sentimen yang bisa mendorong prospek kinerja emiten ke depan.
"Kami percaya INTP juga akan mendapatkan manfaat dari relokasi modal ke Kalimantan karena memiliki pabrik dan terminal yang terintegrasi," imbuh Budi.
Hanya saja, beberapa hal masih menjadi perhatian termasuk risiko adanya kelebihan pasokan hingga 10 juta ton, di tengah persaingan industri semen yang ketat. Untuk itu, emiten diharapkan bisa menjaga stabilitas margin dengan biaya energi yang lebih rendah, khususnya harga batubara yang tengah turun dan dikompensasi dengan depresiasi rupiah.
Mengutip RTI, pada perdagangan Rabu (15/4) harga saham INTP turun 0,65% ke level Rp 11.550 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News