kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.890.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.280   10,00   0,06%
  • IDX 7.944   80,88   1,03%
  • KOMPAS100 1.121   13,02   1,18%
  • LQ45 827   11,72   1,44%
  • ISSI 268   1,95   0,73%
  • IDX30 428   6,26   1,48%
  • IDXHIDIV20 493   6,23   1,28%
  • IDX80 124   1,67   1,36%
  • IDXV30 131   1,54   1,20%
  • IDXQ30 138   1,86   1,36%

Hadapi Tantangan Harga Batubara, Simak Rekomendasi Bukit Asam (PTBA)


Kamis, 21 Agustus 2025 / 05:25 WIB
Hadapi Tantangan Harga Batubara, Simak Rekomendasi Bukit Asam (PTBA)
ILUSTRASI. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencetak peningkatan produksi batubara sepanjang semester pertama 2025 sebesar 21,7 juta ton, naik 16% secara tahunan. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencetak peningkatan produksi batubara sepanjang semester pertama 2025. Namun, tantangan melemahnya harga batubara masih perlu dicermati pada semester kedua 2025. 

PTBA mencatat produksi batubara sebesar 21,7 juta ton, naik 16% secara tahunan/year on year (YoY) dibanding periode yang sama tahun lalu. Tercatat, penjualan sebesar 21,6 juta ton, naik 8% secara tahunan di Semester I – 2025. Hal ini didukung oleh peningkatan kapasitas transportasi sebesar 19,27 juta ton, naik 9% YoY melalui kemitraannya dengan KAI. 

Perusahaan juga mencatat hasil yang lebih kuat di Kuartal II – 2025, dengan pendapatan meningkat menjadi Rp 10,49 triliun, naik 5,4% secara kuartalan (QoQ) dan laba bersih naik menjadi Rp 442 miliar, naik 12,8% secara QoQ.

Ini didorong oleh volume produksi yang lebih tinggi, naik 57% secara QoQ dan biaya tunai yang lebih rendah, turun 6% secara QoQ. Di satu sisi harga jual rata – rata (ASP) turun 4% secara QoQ. 

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Genjot Lini Bisnis Non-Batubara

Meskipun terjadi pemulihan kuartalan, laba bersih semester pertama 2025 masih menurun tajam menjadi Rp 830 miliar, turun 59% secara YoY disebabkan oleh harga jual rata-rata (ASP) yang lebih rendah sebesar Rp 930.000 per ton, turun 4% YoY.

Ini sejalan dengan penurunan Indeks Batubara Indonesia sebesar sekitar 14%, dan kenaikan biaya tunai sebesar 3% menjadi Rp 890.000 per ton. 

“Biaya bahan bakar dan royalti, beserta penyesuaian kontrak transportasi, berkontribusi terhadap kompresi margin,” ujar Rizal Rafly, Analis Ajaib Sekuritas dalam risetnya pada 14 Agustus 2025. 

Sukarno Alatas, Senior Equity Analyst Kiwoom Sekuritas dalam riset 12 Agustus 2025 menyoroti pertumbuhan volume PTBA yang kuat di pasar ekspor utama. Seperti Bangladesh (naik 907% YoY) dan Filipina (naik 579% YoY).

Namun, penjualan ke India (menurun 38% YoY), Tiongkok (menurun 76% YoY), dan Korea (menurun 69% YoY) yang membebani kinerja ekspor secara keseluruhan. Laba kotor turun 34%  YoY menjadi Rp2,25 triliun karena kenaikan biaya pokok pendapatan (naik 13% YoY) akibat kenaikan beban bahan bakar, logistik, dan jasa pertambangan. 

Baca Juga: Koreksi Harga Batubara Membayangi Margin PTBA

Demi mendongkrak kinerja, Rizal mengatakan bahwa PTBA sedang menjalankan strategi pertumbuhan dua jalur yang menggabungkan ekspansi infrastruktur dengan diversifikasi energi.

Di sisi logistik, proyek kereta api Kuala Tanjung–Kertapati–Tarahan dengan KAI akan meningkatkan kapasitas angkut tahunan menjadi 20 juta ton pada kuartal kedua 2026, bersamaan dengan peningkatan bertahap di terminal Bitarahan dan Kertapati. 

Di sisi hilir dan transisi energi, PTBA sedang mengembangkan pembangkit listrik mulut tambang Sumsel-8 berkapasitas 1,35 GW (COD 2026), proyek gasifikasi batubara menjadi DME bersama Pertamina untuk mengurangi impor LPG. Serta investasi energi terbarukan selektif seperti kapasitas PLTS yang menargetkan lebih dari 500 MW pada tahun 2030. 

Tristan Elfan Zulvanian, Research Analyst Henan Sekuritas menilai kinerja PTBA pada semester II – 2025 akan sangat dipengaruhi oleh beberapa sentimen utama. Faktor paling dominan adalah pergerakan harga batubara global yang menentukan langsung pendapatan dan margin. Diikuti oleh permintaan dari Tiongkok dan India sebagai pasar ekspor utama. 

“Dari domestik, kebijakan energi dan serapan PLN berperan menjaga stabilitas penjualan,” ujar Tristan kepada Kontan, Rabu (20/8).  

Sementara secara eksternal, kondisi ekonomi global, kebijakan The Fed, dan dinamika geopolitik berpotensi menambah volatilitas harga komoditas dan arus modal.

 

Tristan mengatakan, konsumsi domestik yang stabil melalui PLN belum cukup untuk menutupi pelemahan ekspor. Namun, peluang pemulihan tetap terbuka jika harga batubara rebound menjelang musim dingin.

PTBA juga berupaya menjaga kinerja melalui efisiensi biaya, optimalisasi rantai pasok, serta diversifikasi ke energi baru terbarukan, antara lain melalui pembangunan PLTS di AOCC Bandara Soekarno-Hatta dan Jalan Tol Bali Mandara. 

Rizal dan Sukarno merekomendasikan hold saham PTBA dengan target harga Rp 2.600 per saham dan Rp 2.610 per saham. Sedangkan, Analis Indo Premier Sekuritas, Reggie Parengkuan merekomendasikan sell PTBA dengan target harga Rp 2.000 per saham. 

Ini karena volatilitas pendapatan jangka pendek masih tinggi, tetapi kontribusi mendatang dari PLTU Sumsel-8 dan pabrik DME pada tahun fiskal 2026–2027 dapat meningkatkan pangsa pendapatan non-pertambangan menjadi lebih dari 30% dari di bawah 10% saat ini.

Selanjutnya: Penyaluran Kredit Belum Deras, Harapan Kredit Tumbuh Dobel Digit Makin Pupus

Menarik Dibaca: 4 Cara Mengatasi Wajah Bengkak di Pagi Hari, Coba Kompres Dingin Pakai Es Batu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×