Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
Sementara, analis NH Korindo Sekuritas Arnold Sampeliling menyoroti kekuatan jaringan ISAT di tengah ketatnya persaingan. Menurut dia, hingga semester pertama tahun ini, ISAT baru memiliki 34.788 unit base transceiver station (BTS) untuk jaringan 3G/4G. Sedangkan EXCL sudah memiliki 55.758 unit BTS 3G/4G. "ISAT yang tampak tertinggal dalam kompetisi," kata Arnold.
Ekspansi jaringan
Padahal di tahun sebelumnya, jaringan BTS 3G/4G milik ISAT mencapai 29.540 unit, sementara EXCL sebanyak 28.724 BTS 3G/4G. Pertumbuhan jaringan ISAT sebesar 17,76%, jauh lebih rendah dibandingkan EXCL yang telah menanjak 94,11%.
Dengan demikian, Arnold melihat wajar apabila ISAT harus lebih gencar berekspansi melalui investasi BTS demi mengatasi ketertinggalannya dari EXCL dan menjaga jarak dengan TLKM. Apalagi, TLKM melalui anak usahanya Telkomsel baru saja memenangi lelang frekuensi 2,3 GHz.
Arnold meyakini bahwa ISAT masih memiliki peluang besar untuk menggeber bisnisnya. "Potensi pertumbuhan penggunaan data di Indonesia kemungkinan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan bisnis ISAT," papar dia.
Dari sisi fundamental keuangan, ISAT akan melakukan restrukturisasi utang yang cenderung akan mengurangi biaya bunga dan risiko fluktuasi nilai tukar.
Hingga akhir tahun ini, Arnold memproyeksikan pendapatan ISAT tumbuh hingga senilai Rp 31,96 triliun dan tahun depan meningkat menjadi Rp 34,90 triliun. Sedangkan laba bersih tahun ini berpotensi mencapai Rp 1,79 triliun dan pada tahun depan senilai Rp 2,28 triliun.
Arnold merekomendasikan buy saham ISAT dengan target sebesar Rp 8.300 per saham. Chandra dan Giovanni juga merekomendasikan buy dengan target harga masing-masing senilai Rp 8.200 dan Rp 8.100 per saham.
Harga saham ISAT pada transaksi kemarin ditutup menguat 0,82% menjadi Rp 6.150 per saham. Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), harga saham ISAT masih menyusut 4,65%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News