kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indofarma merencanakan dua pembangunan pabrik


Jumat, 20 April 2018 / 11:15 WIB
Indofarma merencanakan dua pembangunan pabrik


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indofarma (Persero) Tbk berharap bisa memutus rantai kerugian pada tahun ini. Perusahaan pelat merah tersebut membidik keuntungan sekitar Rp 16 miliar pada tahun 2018.

Tahun lalu Indofarma kembali menanggung rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih, sebesar Rp 46,28 miliar. Nilai kerugian itu bahkan naik hampir tiga kali lipat ketimbang tahun 2016. Terakhir kali mereka cuan pada tahun 2015.

Indofarma yakin, target untung tahun ini bukan pepesan kosong. Mereka merasa, kondisi keuangannya semakin baik tahun ini. "Harga pokok penjualan kami sudah bisa akurat, sehingga kami bakal lebih berani bersaing," ujar Rusdi Rosman, Direktur Utama Indofarma usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), Kamis (19/4).

Selain target perbaikan bottom line, tahun ini Indofarma mengincar penjualan bersih Rp 2,1 triliun. Target penjualan bersih tahun ini 28,83% lebih tinggi ketimbang realisasi penjualan bersih 2017 yang tercatat Rp 1,63 triliun.

Infofarma menunjuk tender obat pemerintah dalam e-catalog sebagai salah satu katalis positif. Tanpa menyebutkan nilai tender yang didapat, perusahaan berkode saham INAF di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut mengaku, jumlah obat yang masuk e-catalog bertambah tahun ini.

Selain berharap pada tender obat pemerintah, Indofarma menyiapkan dua agenda bisnis. Pertama, perusahaan tersebut berencana segera merealisasikan pembangunan pabrik infus di Makassar, Sulawesi Selatan. Saat ini, lahan pabrik telah tersedia.
Indofarma membelinya dari mitra bisnis.

Kalau tak meleset, pembangunan pabrik infus berlangsung mulai semester II 2018. Waktu pengerjaan sekitar 1,5 tahun. Proses pembangunan pabrik berkapasitas sekitar 40 juta botol infus per tahun itu, bakal melibatkan dua perusahaan lain dalam skema joint venture (JV).

Asal tahu, Indofarma mengempit 20% kepemilikan saham dalam JV tersebut. Porsi saham selebihnya adalah milik Sungwun Pharmacopia Co. Ltd dan PT Baruna Energi Lestari. "Nilai investasi pabriknya Rp 200 miliar diluar lahan," ungkap Rusdi.

Incar negara perang

Menurut riset Indofarma, potensi pasar infus dalam negeri sangat besar. Kebutuhan infus tahun 2016 misalnya, mencapai 400 juta botol. Tahun ini, potensi kebutuhan infus sekitar 700 juta botol.

Makanya, Indofarma akan memprioritaskan penjualan infus di pasar dalam negeri. Terutama, wilayah Indonesia bagian Timur. Kelak produk tersebut mengusung merek Indofarma.

Namun, tak berarti Indofarma mengacuhkan peluang pasar ekspor. Negara tujuan ekspsor yang mereka bidik seperti Afghanistan, Turkmenistan dan Amerika Serikat (AS). "Terutama daerah yang banyak perang, di situ permintaan botol infus tinggi," terang Rusdi.

Agenda bisnis kedua yakni, Indofarma berencana membangun pabrik kosmetik. Hingga kini, negosiasi dengan mitra bisnis masih berjalan. Mereka berharap bisa merealisasikan tahun ini juga.

Sekadar informasi, pembangunan pabrik kosmetik akan memanfaatkan lahan pabrik kosong di Cikarang, Jawa Barat. Indofarma akan membentuk perusahaan patungan dengan korporasi asal Korea Selatan  bernama Skin & Skin Co., Ltd. Perkiraan sementara, biaya investasi pabrik kosmetik sekitar Rp 180 miliar.

Semula, Indofarma memperkirakan pembangunan pabrik kosmetik dapat selesai pada 2019. Lalu, tahun 2020 adalah jadwal mulai memasarkan produk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×