kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kiat Indofarma agar sehat walafiat


Rabu, 27 Desember 2017 / 11:00 WIB
Kiat Indofarma agar sehat walafiat


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan belum berlalu dari PT Indofarma Tbk. Maklum, perusahaan ini menghadapi arus kas negatif atau negative cash flow sehingga mengganggu pembiayaan renovasi tiga pabrik, serta menghambat pengembangan bisnis atau produk baru. Sementara saluran distribusi masih mengandalkan sistem konvensional.

Kendati begitu, emiten farmasi dengan kode INAF di Bursa Efek Indonesia (BEI) berupaya melakukan transformasi bisnis selama periode 2017–2023 agar bisa sehat walafiat. Manajemen Indofarma akan fokus ke portofolio bisnis yang sesuai tren pasar.

Misalnya, mengembangkan produk healthcare yang meliputi pengembangan produk alat kesehatan, produk farmasi bermargin tinggi, dan produk kecantikan. Perusahaan ini berharap, strategi itu bisa mengerek performa usaha sehingga mampu mencetak laba bersih tahun depan.

Pada tahap awal Indofarma akan mendirikan perusahaan joint venture untuk membangun pabrik kosmetik di Cikarang Jawa Barat. Indofarma menggandeng mitra dari Korea Selatan, Skin & Skin.

Arie Genipa, Sekretaris Perusahaan PT Indofarma Tbk menyatakan, semula penandatangan joint venture agreement kedua perusahaan itu diagendakan pada 22 Desember 2017. Tapi acara ini diundur lantaran terganggu salju tebal di Korea Selatan. "Akan dilaksanakan lagi pekan kedua Januari 2018," ungkapnya, akhir pekan lalu.

Perusahaan ini memproyeksikan, pembangunan pabrik kosmetik memakan waktu tiga tahun. Alhasil, target produksi mulai 2019 dan pemasaran tahun 2020.

Agenda ekspansi 2018

Tahun depan, Indofarma akan mulai menjual produk impor lebih dulu dan mengetes pasar. Penjualan kosmetik ini tidak bisa digabung dengan distribusi farmasi. "Kami diberi kesempatan untuk menjual produk di dalam negeri sekaligus bisa mengekspor ke pasar negara-negara di Asia Tenggara," ungkap Arie.

Indofarma juga berencana membangun pabrik infus pada tahun depan. Ekspansi bisnis ini merupakan kelanjutan dari pembentukan joint venture bersama Sungwun Pharmacopia Co Ltd dan PT Baruna Energi Lestari.

Nilai investasi proyek pabrik infus di Makassar itu mencapai sekitar Rp 250 miliar. Adapun total kapasitas produksi pabrik anyar ini sebesar 40 juta botol infus per tahun.

Sebagai gambaran, tahun depan INAF mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 165 miliar untuk pengembangan bisnis. Nilai tersebut meningkat 37% ketimbang belanja modal 2017 yang sekitar Rp 120 miliar. "Belanja modal tahun ini hanya terserap 85% atau sekitar Rp 108 miliar," kata Arie.

Harapannya, dengan alokasi capex sebesar itu, manajemen Indofarma bisa mencapai target pendapatan di atas Rp 2 triliun di tahun depan. Berdasarkan prognosis, tahun ini pendapatan Indofarma ditaksir sekitar Rp 1,67 triliun dan membukukan kerugian bersih sebesar Rp 31 miliar. "Tahun depan diharapkan bisa mencetak laba senilai Rp 14 miliar," harapnya.

Untuk mengejar target tersebut, Indofarma bakal merilis 33 produk non-generik yang memiliki margin tebal. Saat ini, porsi pendapatan berasal dari obat generik yang marginnya hanya 4%–5%.

Upaya lainnya untuk memperbaiki kinerja keuangan adalah mengaktifkan kembali tiga pabrik yang mangkrak akibat terkendala penyelesaian tahapan kewajiban menerapkan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Ketiga pabrik tersebut berlokasi di Cikarang Barat, yang di antaranya memproduksi obat antibiotik betalactam, pabrik steril dan herbal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×