Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) mulai menggenjot diversifikasi bisnis terminal penyimpanan bahan bakar minyak (BBM). Untuk memperkuat bisnis itu, INDY kini tengah mengkaji peluang membangun dua fuel storage kembali.
Dengan demikian, INDY akan memiliki lima fuel storage. Sebelumnya, INDY juga sudah membangun tempat penampungan minyak mentah ini di Kariangu, Kalimantan Timur. "Kami sedang menjajaki penambahan fuel storage, ada dua tempat lagi yang sedang kami lihat," kata Arsjad Rasjid, Direktur Utama INDY, kemarin.
Perusahaan energi dan pertambangan ini berniat membangun dua fuel storage baru di luar Kalimantan. Arsjad belum bersedia membeberkan berapa investasi yang akan dikeluarkan INDY untuk membangun dua penampungan minyak mentah baru tersebut.
Arsjad menuturkan, perusahaan ini akan mengumumkan rincian terkait kapasitas fuel storage serta besaran investasi untuk ekspansi ini tahun depan. Buat informasi saja, saat membangun fuel storage sebelum ini, INDY mengeluarkan dana sebesar US$ 100 juta.
Fuel storage yang ada di Kalimantan saat ini masih dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, Arsjad menyebut, ekspansi ini belum akan memberi kontribusi pada kinerja keuangan INDY tahun ini.
Sekadar mengingatkan, ekspansi INDY ke bisnis fuel storage ini merupakan bagian dari kerjasama bisnis antara INDY dan perusahaan minyak ExxonMobil. Perusahaan minyak tersebut merupakan penantang baru di bisnis penjualan BBM. ExxonMobil menandatangani kontrak sewa fasilitas jasa fuel storage dengan Karingau Gapura Terminal Energi, anak usaha INDY di bisnis fuel storage.
Nilai kontrak keduanya US$ 108 juta dengan durasi 20 tahun dan perpanjangan 10 tahun. Menurut kontrak tersebut, Karingau Gapura bakal membangun, memiliki dan mengoperasikan terminal storage untuk penyimpanan dan pengiriman BBM di Karingau, Kalimantan Timur.
Pelaku pasar bereaksi cukup positif dengan kabar tersebut. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga saham INDY sukses naik 2,79% jadi Rp 3.320 per saham. Meski begitu, investor asing justru mencatatkan net sell sebesar US$ 486,13 juta di INDY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News