kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Indika bentuk join venture senilai US$ 6 miliar


Minggu, 06 Oktober 2013 / 22:08 WIB
Indika bentuk join venture senilai US$ 6 miliar
ILUSTRASI. Ilustrasi buta warna parsial


Reporter: Uji Agung Santosa |

NUSA DUA. PT Indika Energy Tbk (INDY) menandatangani nota kesepakatan kerjasama dengan China Railway Group Limited (CREC) dalam pengembangan fasilitas infrastruktur transportasi dan pertambangan di Papua dan Kalimantan Tengah (Kalteng), Minggu (6/10). Nilai investasi kerjasama ini diperkirakan mencapai US$ 6 miliar untuk jangka waktu proyek sekitar 5 tahun, meliputi persiapan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan.

Wakil Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk M. Arsjad Rasjid P.M mengatakan, kesepakatan kerjasama jangka panjang ini dilakukan untuk meningkatkan konektivitas terutama di sektor pertambangan sehingga tercipta efisiensi. “China Railway memiliki keahlian dalam infrastruktur dan Indika memiliki keahlian dalam pertambangan dan energy,” katanya di sela-sela APEC CEO Summit Indonesia 2013 di Nusa Dua, Minggu (6/10).

Dia bilang efisiensi lebih tinggi diperlukan bagi perusahaan tambang terutama batubara untuk bisa bertahan. Apalagi, menurutnya, diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan harga batubara tidak akan beranjak naik. Harga batubara belum akan beranjak selain karena perlambatan permintaan, juga karena adanya pasokan batubara dari Amerika Serikat dan Australia. “10 tahun yang lalu kita tidak berfikir akan ada pasokan batubara dari AS ke Asia,” katanya.

Arsjad menambahkan, sudah bukan saatnya lagi China yang kelebihan likuiditas hanya memanfaatkan Indonesia sebagai sumber bahan baku mineral dan energinya. Mereka juga harus juga menanamkan investasinya di Indonesia sehingga tercipta nilai tambah dan juga hubungan strategis antar kedua negara. “Jangan cuma ambil barang, namun harus juga bawa uang sehingga ada take and gift,” katanya.

Kalimantan Tengah dan Papua dipilih dalam kerjasama ini karena sampai saat ini pengembangan infrastruktur yang terintegrasi dengan resources atau pertambangan masih minim. Berbeda dengan beberapa wilayah pertambangan di Indonesia, seperti Sumatera Selatan dan Sulawesi. “Yang mudah untuk dikembangkan sudah habis. Kita akui tantangannya banyak,” kata Presiden Direktur PT Indika Indonesia Resources, Azis Armand.

Sebagai tahap awal dari kerjasama ini maka Indika Energy dan CREC akan bersama-sama melakukan serangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan minimum sebanyak 10 juta ton batubara pertahun untuk masing-masing provinsi yaitu Kalimantan Tengah dan Papua.

Selanjutnya jika dari hasil studi kelayakan menunjukkan hasil yang baik, maka dua institusi itu akan mengembangkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk transportasi hasil tambang di Papua dan Kalteng. Seperti diketahui di Kalteng, Indika Energy memiliki tambang batubara PT Multi Tambangjaya Utama, sedangkan di Papua akan mengandalkan bisnis logistik dan transportasinya.

Menurut Arsjad, pengembangan infrastruktur ini nantinya tidak hanya akan dipakai untuk Indika Energy saja, namun juga secara inklusif bisa dimanfaatkan untuk pertambangan milik perusahaan lain. Dengan begitu maka akan ada manfaat didapat baik pemerintah daerah maupun perusahaan tambang lain di wilayah tersebut.

Nantinya kerjasama ini akan berbentuk joint venture dengan pendanaan yang dibagi antara Indika dan CREC. “Untuk pembiayaan masih dalam finalisasi,” katanya. Yang pasti menurut Arsjad, China akan lebih banyak mengeluarkan dananya untuk infrastruktur, sedangkan Indika lebih ke fasilitas tambang. Indika sendiri, tambah Azis, akan menggunakan intrumen konfensional dalam pembiayaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×