Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) bergerak cepat untuk menghemat beban bunga utang. INDY membeli kembali (call) obligasi (senior notes) II senilai US$ 230 juta yang diterbitkan entitas anak, Indo Integrated Energy II B.V (IIE II BV) pada 5 November 2009.
INDY melaporkan aksinya itu kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (4/10). Kupon obligasi II sebesar 9,75% per tahun dan jatuh tempo November 2016 itu dinilai INDY tak efisien. Ini tentu saja memberatkan, terlebih INDY juga menanggung utang lain senilai US$ 1,2 miliar.
Asal tahu saja, sekitar US$ 140 juta dana hasil obligasi II INDY, digunakan bagi pembiayaan belanja modal alias capital expenditure (capex) entitas anak, PT Petrosea Tbk (PTRO). PTRO sudah menggunakan sekitar US$ 110 juta.
Karena tingkat bunga yang tidak efisien itulah, INDY memutuskan untuk menarik kembali obligasi II. Aksi itu dimungkinkan karena tertera opsi pembelian kembali obligasi, maksimum pada November 2013.
Konsekuensi, nilai penarikan kembali obligasi lebih mahal dari harga pokoknya. "Harga penebusan sebesar 104,87% plus bunga akrual yang belum dibayar terhitung sampai tanggal penebusan," tulis Dian Paramita, Sekretaris Perusahaan INDY, Jumat (4/10). Dari penjelasan itu, INDY minimal memerlukan dana sebesar US$ 241,2 juta. Beruntung, INDY sudah menerbitkan senior notes IV bernilai US$ 500 juta berkupon 6,38% dan jatuh tempo 2023.
Reza Priyambada, analis Trust Securities menilai, strategi INDY sudah biasa dilakukan emiten guna menghemat beban keuangan. Manfaat efisiensi beban bunga yang diperoleh INDY mencapai US$ 7 juta per tahun, setelah refinancing. "Agar tidak terbebani pembayaran kupon yang terlalu besar, maka INDY menggantinya dengan obligasi baru," ungkap Reza, Jumat.
Namun, berkah efisiensi itu tidak akan langsung dirasakan INDY di tahun ini. Maklum, refinancing obligasi II baru dilakukan awal Oktober, sementara obligasi IV sudah terbit Januari silam. Selepas refinancing, tanggungan utang obligasi INDY akan menyusut menjadi US$ 800 juta dari sebelumnya US$ 1,03 miliar.
Lesu tertekan harga produk
Selain obligasi IV, INDY memang punya tanggungan senior notes III senilai US$ 300 juta yang diterbitkan pada 2011 silam. Kendati me-refinancing obligasi II, tanggungan utang INDY masih besar.
Selain obligasi, INDY masih menanggung utang bank US$ 30 juta dan pinjaman jangka panjang senilai US$ 114,23 juta. Namun, INDY belum punya rencana untuk melunasi atau me-refinancing utang lagi tahun ini.
Pada Februari 2012, INDY memang sudah melunasi utang bank senilai US$ 235 juta dari beberapa kreditur seperti UBS AG Cabang Singapura, Citibank, Standard Chartered Bank dan PT Bank Mandiri Tbk.
Steven Juanda, analis JP Morgan dalam risetnya memprediksi, kinerja keuangan INDY bakal tertekan lantaran merosotnya harga jual batubara. Menurut hitungan Steven, INDY diprediksi bakal menderita rugi bersih US$ 17 juta di akhir 2013 nanti. Bandingkan dengan kinerja INDY tahun lalu yang masih meraup laba bersih US$ 66 juta.
Karena itu, saat ini Steven hanya merekomendasikan neutral saham INDY dengan target harga Rp 720 per saham, turun dari sebelumnya,
Rp 940 per saham. Jumat (4/10), harga saham INDY anteng di posisi Rp 790 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News