Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks unggulan di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni indeks LQ45 mencatatkan rapor merah di semester I-2025. Bahkan, kinerjanya lebih buruk dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Hingga akhir perdagangan 30 Juni 2025, indeks LQ45 sudah terkoreksi 6,53% secara year to date. Sementara IHSG hanya melemah 2,15% di selama paruh pertama 2025 ini.
Berdasarkan data Bloomberg, saham PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) menjadi saham dengan kinerja paling buruk di seluruh indeks LQ45. Per Juni 2024, MAPA turun 38,79%.
Baca Juga: IHSG Berbalik Melemah, Dihadang Ketidakpastian Potensi Tarif Baru Trump
Kemudian saham PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang masing-masing melemah 37,22%, 28,40% dan 26,95% sepanjang semester satu ini.
Sebaliknya, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi saham dengan imbal hasil paling tinggi. Selama enam bulan pertama di 2025, ANTM telah melonjak 99,34%.
Menyusul saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang menguat 80,34%. Kemudian ada saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang masing-masing naik 51,34% dan 23,84%.
Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menyampaikan tekanan pada indeks LQ45 juga dipengaruhi oleh aksi jual beli atau net sell investor asing.
Selain itu, lanjut Miftahul, sentimen global juga belum banyak memberi katalis untuk risk-on strategy, sehingga indeks LQ45 masih cenderung sideways bahkan terkoreksi hingga akhir semester I-2025.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.863,8 di Sesi Pertama (4/7), UNVR, TOWR, TLKM Jadi Top Losers LQ45
Namun memasuki paruh kedua ini, Miftahul melihat prospek atas saham-saham di indeks LQ45 sedikit lebih cerah. Ini dipengaruhi oleh beberapa sentimen positif.
“Dimana pemerintah mulai menggulirkan stimulus fiskal, ekspektasi pemangkasan suku bunga makin kuat, dan dividen interim dari beberapa emiten berpotensi jadi katalis positif,” ucapnya kepada Kontan belum lama ini.
Miftahul memproyeksikan saham-saham seperti PTBA, ANTM, BRIS, serta JSMR akan punya potensi mengangkat indeks, terutama karena ditopang oleh narasi energi, emas, ekonomi syariah dan infrastruktur.
“Sementara itu, tekanan mungkin masih terasa pada saham-saham bank jumbo jika kondisi global masih terdapat ketidakpastian,” jelasnya.
Setali tiga uang, Nafan memproyeksikan kinerja indeks LQ45 berpotensi lebih positif di semester dua nanti. Ini sejalan dengan potensi terjadinya penurunan suku bunga oleh bank sentral.
Kemudian membaiknya hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah mitra seperti Jepang, Eropa dan Korea Selatan. Diharapkan kesepakatan juga terjadi dengan mitra lainnya.
Untuk semester dua ini, saham pilihan Nafan jatuh pada BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, CTRA, ISAT, JSMR, MEDC, TLKM. Sementara, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan trading buy ANTM dengan target di Rp 3.120 dan trading buy BRIS di Rp 2.700.
Selanjutnya: Trump Incar Tarif Sederhana daripada Perundingan yang Rumit
Menarik Dibaca: Dorong Gaya Hidup Sehat Sekaligus Peduli Bumi di Avoskin Trail Run 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News