Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dolar AS (DXY) diperkirakan masih akan menguat di 2025. Kebijakan-kebijakan Trump dinilai menjadi pendorongnya.
Pasca the Fed menahan suku bunganya, pergerakan DXY cenderung terbatas. Berdasarkan Trading Economics, DXY berada di level 108,08 pada Kamis (30/1) pukul 18.13 WIB atau menguat 0,08% dalam 24 jam terakhir.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan bahwa dalam pertemuan FOMC awal tahun ini, the Fed sebenarnya memberikan pernyataan yang condong hawkish akan inflasi yang masih tinggi, sementara tenaga kerja yang masih kuat. Namun traders masih mencoba mempelajari lebih jauh kekuatan dolar AS.
"Ini mengingat Trump yang menginginkan agar suku bunga segera diturunkan itu berseberangan dengan sikap the Fed yang tidak akan buru-buru menurunkan suku bunga," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (30/1).
Baca Juga: Suku Bunga The Fed Berpeluang Dipangkas 2 Kali Tahun ini, Begini Arah Rupiah ke Depan
Meski begitu, Lukman melihat dolar AS masih akan menguat pada semester I ini, tidak hanya dari faktor domestik AS, melainkan juga dari ekternal. European Central Bank (ECB) yang belakangan ini cukup dovish dan diperkirakan masih akan terus demikian dan akan memangkas suku bunga lebih besar dan lebih sering daripada the Fed.
Demikian juga dengan Bank of England (BoE) yang diperkirakan akan lebih agresif memangkas suku bunga dibandingkan the Fed, kendati ekonomi mereka yang sangat lemah. Hanya Bank of Japan (BoJ) yang merupakan satu-satunya bank sentral utama yang diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga paling tidak sekali.
"Walau demikian, perbedaan tingkat suku bunga BoJ dengan the Fed masih terlalu besar, dan tidak akan mengurangi ketertarikan carry-traders untuk melakukan posisi short USD/JPY. DXY diperkirakan akan berkisar 109-110 semester ini," terangnya.
Dus, efeknya rupiah juga diperkirakan akan tertekan. Namun, dengan revisi PP DHE, diharapkan tekanan akan lebih mereda, sehingga rupiah diproyeksikan dikisaran Rp 16.000 - Rp 16.600 per dolar AS.
Baca Juga: Faktor Eksternal Mendominasi, Rupiah Diprediksi Lanjut Melemah pada Jumat (31/1)
Sementara di semester II, investor juga masih akan mangantisipasi kebijakan-kebijakan Trump yang hingga saat ini masih kurang jelas, khususnya tarif. Trump diperkirakan akan terus menggunakan jurus ini untuk kepentingannya, namun mungkin tidak akan seagresif seperti ketika kampanye.
"Kebijakan tarif Trump yang perlu diperhatikan adalah tarif universal dan tarif ke China, juga ke EU. DXY akhir tahun dikisaran 110-113," imbuhnya.
Tonton: IHSG Hari Ini Memerah, 10 Saham LQ45 dengan PER Terendah & Tertinggi 30 Januari 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News