kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Impor minyak China rekor, harga minyak mentah kembali mendidih


Senin, 08 Juni 2020 / 12:39 WIB
Impor minyak China rekor, harga minyak mentah kembali mendidih
ILUSTRASI. Harga minyak bertahan di atas US$ 40 per barel


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak kembali menguat setelah OPEC dan sekutu sepakat memperpanjang kesepakatan pemangkasan rekor produksi hingga akhir Juli mendatang. Harga minyak semakin mendidih setelah impor minyak mentah China mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di bulan Mei lalu.

Senin (8/6) pukul 12.00 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Agustus 2020 di ICE Futures naik 89 sen atau 2,1% menjadi US$ 43,19 per barel. 

Setali tiga uang, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Juli 2020 di Nymex juga naik 62 sen, atau 1,6%, menjadi US$ 40,17 per barel.

Baca Juga: OPEC+ sepakat perpanjang pemangkasan produksi, harga minyak kompak naik 2% hari ini

Harga kedua benchmark ini mencapai level tertinggi sejak 6 Maret di awal sesi tadi, masing-masing di US$ 43,41 per barel untuk Brent dan US$ 40,44 untuk WTI.

Bahkan, harga minyak Brent hampir dua kali lipat sejak OPEC, Rusia dan sekutu, atau yang dikenal dengan OPEC+, sepakat untuk mengurangi pasokan sebesar 9,7 juta barel per hari (bph) selama Mei-Juni guna menopang harga yang runtuh karena pandemi virus corona.

Pada akhir pekan lalu,  OPEC+ memang sepakat untuk memperpanjang kesepakatan untuk menarik hampir 10% pasokan global dari pasar hingga akhir Juli. Menyusul perpanjangan itu, eksportir utama Arab Saudi menaikkan harga minyak mentah bulanan untuk Juli.

Tetapi Howie Lee, Ekonom di OCBC Singapura mengatakan, kesepakatan terakhir telah jatuh jauh dari harapan pasar untuk perpanjangan tiga bulan pengurangan output.

Dia bilang, kedua tolok ukur akan membutuhkan faktor-faktor bullish yang lebih kuat untuk mendorong harga kembali seperti sebelum tanggal 6 Maret lalu. 

"Ada celah besar di sana. Investor perlu keyakinan yang kuat untuk beralih dari US$ 43 ke tingkat sebelum pelemahan dimulai," kata Lee, merujuk pada harga Brent yang di atas US$ 50 per barel. 

Harga minyak yang sempat sangat murah memang telah menarik pembeli China untuk meningkatkan impor. Pembelian oleh importir minyak mentah terbesar di dunia itu naik ke level tertinggi sepanjang masa dengan 11,3 juta barel per hari di bulan Mei.

Baca Juga: Hingga tengah siang, harga emas spot masih naik di US$ 1.690,15 per ons troi

Lee menambahkan, langkah OPEC+ untuk memperpanjang pemotongan hingga Juli, bagaimanapun, diperkirakan akan menyebabkan defisit pasokan pada Oktober, membantu harga dalam jangka panjang. 

Pelaku pasar sekarang mengamati kepatuhan di antara anggota OPEC seperti Irak dan Nigeria, yang masih melebihi kuota produksi pada Mei dan Juni.

Belum lagi pasokan Libya diperkirakan bisa segera naik setelah dua ladang minyak utama telah dibuka kembali setelah berbulan-bulan blokade yang mematikan sebagian besar produksi negara itu.

"Potensi pengembalian output Libya juga dapat menyebabkan tantangan besar bagi kepemimpinan OPEC," kata Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×