Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menyarankan agar pelaku pasar menunggu momentum yang pas. Yakni ketika indeks sudah memberikan indikasi sinyal beli yang jelas, sembari menunggu kepanikan pasar mereda.
Dalam skenario bearish Kiwoom Sekuritas, IHSG bisa terjun ke posisi 6.305, dan level itu pun berpotensi masih bisa tertembus. Sedangkan support terdekat ada di area 6.557 - 6.509, yang jika breakdown maka konfirmasi tren turun bakal berlanjut.
"Strategi yang bisa digunakan trading sell terlebih dulu, dan selalu pantau indikasi teknikal untuk bisa buyback. Dengan tren indeks yang sedang turun, idealnya pegang cash terlebih dulu," terang Sukarno.
Baca Juga: IHSG Melorot 1,29% Dalam Sepekan, Tertekan Sentimen Global
Presiden Komisaris HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo sepakat memegang dana tunai menjadi krusial pada kondisi saat ini. Sebagai strategi investasi, dana tunai juga penting untuk bersiap membeli saham-saham yang sedang terdiskon.
Sutopo menyarankan, keranjang investasi bisa diisi 60% oleh cash dan deposito, 30% saham, dan 10% untuk emas atau obligasi. "Investor harus peka terhadap perkembangan sektor keuangan AS dan Eropa, karena bagaimanapun akan melahirkan sentimen yang positif maupun negatif," terang Sutopo.
Sementara itu, Pandhu melihat karakter investor akan jadi penentu. Bagi investor agresif, momentum koreksi ini bisa dimanfaatkan untuk buy on weakness. Sehingga porsi saham bisa mencapai 60%-80% dalam portofolio, dan 20%-40% bisa diisi oleh dana tunai atau instrumen investasi lainnya.
Sedangkan bagi yang berkarakter konservatif, Pandhu menyarankan untuk memegang saham maksimal 30% saja.
"Lebih banyak cash buat persiapan. Kalau kondisi sudah mulai membaik, baru mulai ditambahkan ke keranjang investasi, dan emas buat hedging saja," imbuh Pandhu.
Praska juga menyarankan porsi saham 30%, kemudian 20% ditempatkan pada pasar uang dan 50% diisi obligasi. Dengan kriteria Surat Berharga Negara (SBN) tenor pendek - menengah atau korporasi rating minimal A. Untuk saham, tempatkan pada saham defensif dan bervaluasi murah.
Baca Juga: BBCA dan BMRI Terbesar, Saham-Saham Ini Paling Banyak Dijual Asing Selama Sepekan
Saham pilihan Praska adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP).
Sedangkan Nico menilai obligasi sebagai instrumen yang menarik, atau juga melalui reksadana pendapatan tetap. "Pegang cadangan cash alias jangan all in, agar bisa menjadi senjata ketika market bergerak tidak sesuai rencana," imbuh Nico.
Di pasar saham, Nico menyarankan saham bank big caps dan saham defensif seperti konsumen primer. Saham ritel juga punya prospek apik pada momentum ramadan-lebaran. Nico merekomendasikan saham INDF dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).
Daniel menyarankan buy on weakness dan akumulasi secara bertahap saham BBRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Astra International Tbk (ASII), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News