kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.095   -25,00   -0,16%
  • IDX 7.108   -49,86   -0,70%
  • KOMPAS100 1.064   -9,05   -0,84%
  • LQ45 834   -8,40   -1,00%
  • ISSI 216   -2,01   -0,92%
  • IDX30 426   -3,80   -0,88%
  • IDXHIDIV20 514   -4,38   -0,84%
  • IDX80 121   -1,10   -0,90%
  • IDXV30 127   -0,23   -0,18%
  • IDXQ30 142   -1,29   -0,90%

IHSG Terus Tertekan, Cermati Strategi Investasi dan Saham Rekomendasi Analis


Selasa, 21 Maret 2023 / 04:30 WIB
IHSG Terus Tertekan, Cermati Strategi Investasi dan Saham Rekomendasi Analis


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pasar saham tengah terguncang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat ambles 0,98% ke posisi 6.612,49 pada perdagangan awal pekan, Senin (20/3). IHSG sudah terkoreksi sebesar 3,48% sejak awal tahun 2023.

Sejumlah analis mengingatkan pelaku pasar agar lebih cermat mengatur strategi investasi. Memahami momentum dan diversifikasi menjadi poin krusial di tengah berbagai sentimen yang membayangi pasar.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menyoroti kondisi saat ini tak lepas dari masalah di sektor keuangan, seperti krisis Silicon Valley Bank dan Credit Suisse. Memicu kekhawatiran pasar bahwa keadaan ini akan menjalar dan dapat memacu resesi.

Baca Juga: Ramai Sentimen Negatif, Pasar Saham Diproyeksi Sepi Sepanjang Ramadan 2023

Di sisi lain, tekanan dari tingkat suku bunga semakin tinggi. "Cost of fund yang melonjak berpotensi memangkas margin dan membuat likuiditas semakin minim, sehingga dapat menghambat ekspansi para emiten," kata Pandhu saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/3).

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menimpali, krisis perbankan terutama di Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen negatif yang meningkatkan risiko global. Pada saat yang bersamaan, pelaku pasar masih wait and see menanti rilis kebijakan suku bunga acuan The Fed.

Di dalam negeri, pelaku pasar cenderung menahan diri menjelang cuti bersama di tengah pekan ini. Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus menambahkan, momentum ramadan yang tinggal menghitung hari turut menambah sikap wait and see pasar.

Saham dan Diversifikasi

Meski sedang merosot, tapi Daniel melihat pasar saham masih menarik. Kata dia, IHSG memang akan cenderung tertekan dalam jangka pendek. Investor pun masih akan mencerna kebijakan The Fed, yang ditaksir mengerek suku bunga acuan sebanyak 25 basis points untuk meredam inflasi.

"Tetapi untuk jangka panjang IHSG masih berpotensi kembali naik, sehingga momentum koreksi ini bisa digunakan untuk buy on weakness. Apalagi sebentar lagi akan banyak emiten yang membagikan dividen," imbuh Daniel.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Pilihan dari Ajaib Sekuritas untuk Hari Ini (20/3)

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo turut menilai, investor masih tetap bisa menjaring cuan di pasar saham. Fluktuasi pasar saham ditaksir hanya sementara, sehingga bisa menjadi momentum untuk menerapkan strategi averaging down.

"Investor bisa memanfaatkan ini untuk melakukan akumulasi pada saham-saham yang bagus, dibarengi penentuan market timing yang baik agar harga perolehan bisa lebih rendah," kata Praska.

Akhir Maret ini cukup potensial untuk kembali mengakumulasi. Sekaligus sebagai antisipasi menjelang rilis kinerja keuangan periode kuartal pertama 2023. Hanya saja, Praska mengingatkan agar akumulasi dilakukan secara terukur alias jangan terlalu agresif.

Sementara itu, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menyarankan agar pelaku pasar menunggu momentum yang pas. Yakni ketika indeks sudah memberikan indikasi sinyal beli yang jelas, sembari menunggu kepanikan pasar mereda.

Dalam skenario bearish Kiwoom Sekuritas, IHSG bisa terjun ke posisi 6.305, dan level itu pun berpotensi masih bisa tertembus. Sedangkan support terdekat ada di area 6.557 - 6.509, yang jika breakdown maka konfirmasi tren turun bakal berlanjut.

"Strategi yang bisa digunakan trading sell terlebih dulu, dan selalu pantau indikasi teknikal untuk bisa buyback. Dengan tren indeks yang sedang turun, idealnya pegang cash terlebih dulu," terang Sukarno.

Baca Juga: IHSG Melorot 1,29% Dalam Sepekan, Tertekan Sentimen Global

Presiden Komisaris HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo sepakat memegang dana tunai menjadi krusial pada kondisi saat ini. Sebagai strategi investasi, dana tunai juga penting untuk bersiap membeli saham-saham yang sedang terdiskon.

Sutopo menyarankan, keranjang investasi bisa diisi 60% oleh cash dan deposito, 30% saham, dan 10% untuk emas atau obligasi. "Investor harus peka terhadap perkembangan sektor keuangan AS dan Eropa, karena bagaimanapun akan melahirkan sentimen yang positif maupun negatif," terang Sutopo.

Sementara itu, Pandhu melihat karakter investor akan jadi penentu. Bagi investor agresif, momentum koreksi ini bisa dimanfaatkan untuk buy on weakness. Sehingga porsi saham bisa mencapai 60%-80% dalam portofolio, dan 20%-40% bisa diisi oleh dana tunai atau instrumen investasi lainnya.

Sedangkan bagi yang berkarakter konservatif, Pandhu menyarankan untuk memegang saham maksimal 30% saja. 

"Lebih banyak cash buat persiapan. Kalau kondisi sudah mulai membaik, baru mulai ditambahkan ke keranjang investasi, dan emas buat hedging saja," imbuh Pandhu.

Praska juga menyarankan porsi saham 30%, kemudian 20% ditempatkan pada pasar uang dan 50% diisi obligasi. Dengan kriteria Surat Berharga Negara (SBN) tenor pendek - menengah atau korporasi rating minimal A. Untuk saham, tempatkan pada saham defensif dan bervaluasi murah.

Baca Juga: BBCA dan BMRI Terbesar, Saham-Saham Ini Paling Banyak Dijual Asing Selama Sepekan

Saham pilihan Praska adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP).

Sedangkan Nico menilai obligasi sebagai instrumen yang menarik, atau juga melalui reksadana pendapatan tetap. "Pegang cadangan cash alias jangan all in, agar bisa menjadi senjata ketika market bergerak tidak sesuai rencana," imbuh Nico.

Di pasar saham, Nico menyarankan saham bank big caps dan saham defensif seperti konsumen primer. Saham ritel juga punya prospek apik pada momentum ramadan-lebaran. Nico merekomendasikan saham INDF dan  PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).

Daniel menyarankan buy on weakness dan akumulasi secara bertahap saham BBRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Astra International Tbk (ASII), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×