kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

IHSG Semringah, Potensi Window Dressing Masih Terbuka Lebar


Kamis, 02 November 2023 / 19:46 WIB
IHSG Semringah, Potensi Window Dressing Masih Terbuka Lebar
ILUSTRASI. IHSG menutup perdagangan Kamis (2/11) dengan menguat 1,64% atau naik 108,96 poin ke level 6.751,38.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor saham kembali semringah lantaran bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan. Ini tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat. 

IHSG menutup perdagangan Kamis (2/11) dengan menguat 1,64% atau naik 108,96 poin ke level 6.751,38. Namun investor asing masih mencatatkan net sell senilai Rp 16,21 miliar. 

Jika ditarik lebih jauh lagi, investor asing masih mencetak net sell sebesar Rp 14,45 triliun sepanjang 2023 berjalan ini. Kendati begitu, masih ada harapan aliran dana asing akan kembali lagi. 

Hans Kwee, Pengamat Pasar Modal dan Akademisi Universitas Trisakti menjelaskan pelaku pasar kembali gembira lantaran The Fed memberikan sinyal dovish.

 Baca Juga: Menguat Hari Ini, Begini Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Jumat (3/11)

"Bukan karena suku bunga, tetapi pertanyaan Jerome Powell kalau The Fed sudah tidak akan menaikkan suku bunga lagi," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (2/11)

Hal itu turut menyengat pergerakan nilai tukar rupiah. Hingga penutupan Kamis (2/11), rupiah di pasar spot menguat 0,51% menjadi Rp 15.855 per dolar AS. 

Hans mengatakan sinyal dovish dari The Fed juga berpotensi menggaet hot money kembali ke Indonesia, baik di pasar saham maupun di pasar surat utang alias obligasi. 

"Kemungkinan akan ada inflow dari investor asing lagi. Harapannya hingga tutup tahun akan ada net buy dari asing," kata dia. 

Baca Juga: Intip Rekomendasi Teknikal Saham BYAN, BRMS, SILO untuk Perdagangan Jumat (3/11)

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai meskipun keputusan The Fed dinilai positif, tetapi itu masih bersifat jangka pendek. 

Menurut dia, investor masih akan tetap berhati-hati dengan arah kebijakan The Fed selanjutnya. Apalagi gelaran pemilu di Indonesia sudah semakin dekat. 

"Ditambah lagi kondisi semakin mendekati pemilu biasanya investor akan cenderung wait and see terlebih dahulu," kata Sukarno.

Kendati begitu, Sukarno mencermati masih ada potensi net buy di tengah harga saham yang sudah jatuh terlalu dalam sehingga menjadikan saham itu lebih murah.

Baca Juga: IHSG Melonjak 1,64% ke 6.751 Selasa (2/11), GOTO, TOWR, MAPI Top Gainers LQ45

Potensi Window Dressing

Para analis masih kompak memproyeksikan window dressing akan terjadi di akhir 2023. Apalagi IHSG sempat terkoreksi cukup dalam. 

Equity & Economics Analyst KGI Sekuritas Rovandi memproyeksikan window dressing masih akan terjadi oleh beberapa faktor. Salah satunya, pergerakan IHSG yang cenderung datar dari awal tahun. 

"Ini membuat IHSG cenderung undervalued dan saat ini harga saham konstituen LQ45 banyak yang sudah menyentuh bottom price," tutur Rovandi. 

Hans menambahkan dengan potensi inflow yang deras hingga akhir tahun, potensi terjadinya window dressing pun masih terbuka lebar. 

Baca Juga: Berbalik Arah dari Kemarin, IHSG Ditutup Menguat pada 2 November 2023

Dia memproyeksikan IHSG akan bergerak di area 6.800–6.900 pada November 2023. Jika area tersebut berhasil ditembus, IHSG berpotensi menutup 2023 di kisaran 7.000–7.100. 

Hans menyarankan investor untuk melirik saham-saham blue chip seperti BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, TLKM, ASII, UNTR karena ketika aliran dana asing kembali, saham blue chip yang akan diincar. 

"Waktu asing outflow, saham blue chip banyak yang dijual. Pas asing kembali lagi, saham yang akan dibeli sama," ujar dia. 

Sementara Sukarno menyarankan investor untuk mencermati dan beli, trading buy atau buy on weakness pada BBRI, BBCA, BMRI, TLKM, JSMR, SILO, dan ICBP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×