Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 7,59% secara sejak awal tahun dan turun 0,25% secara bulanan menjadi 7.081 di akhir November 2022.
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division, Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi Riawan mengatakan, kenaikan harga komoditas dan produk domestik bruto (PDB) yang melampaui ekspektasi menjadi penyokong penguatan pasar saham.
"Selain itu, menurunnya angka inflasi membuat pasar saham memberikan hasil yang positif dibanding lainnya yang sangat fluktuatif akibat agresifnya Federal Reserve menaikkan suku bunga dan meningkatnya angka inflasi di Amerika Serikat (AS)," kata Reza kepada Kontan.co.id, Kamis (1/12).
Menurut Reza, saham-saham big caps masih menarik, salah satunya sektor perbankan. Dia mengatakan, investor bisa masuk pada saat ini sebelum pasar saham kembali terbang tinggi.
Baca Juga: China Longgarkan Lockdown, Mayoritas Bursa Asia Menguat Kamis (1/12)
Sementara, President dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, IHSG mencatatkan kinerja positif tahun ini karena kondisi pasar dan perekonomian di Indonesia cukup stabil.
"Dari kenaikan harga komoditas dan beberapa sektor lain cukup menopang kinerja pasar modal Indonesia," kata Guntur.
Guntur mengatakan, inflasi yang masih terkontrol, surplus neraca dagang, serta nilai tukar rupiah yang relatif kuat menjadi penyokong pergerakan pasar saham selanjutnya. Sedangkan kondisi geopolitik global seperti konflik Rusia-Ukraina, China-Taiwan, serta Korea Utara bisa menahan penguatan pasar saham.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,85% Kamis (1/12), GOTO, BBCA, TLKM Paling Banyak Net Sell Asing
Tekanan ekonomi China akibat kebijakan zero covid policy pun bisa merambat ke pasar saham Indonesia. Perlambatan ekonomi China akan secara tidak langsung berpengaruh juga terhadap kondisi pasar global dan juga pasar Indonesia.
Guntur menyarankan, investor dapat berinvestasi secara bertahap dan bisa mempertimbangkan strategi dollar cost averaging atau cicil beli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News