Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok tajam dan menembus level di bawah 7.000 pada perdagangan Kamis (19/6).
IHSG ditutup melemah 1,96% ke posisi 6.968,64, tertekan kombinasi sentimen eksternal dan teknikal, termasuk memanasnya konflik geopolitik global.
Baca Juga: IHSG Terjun ke Bawah 7.000, Sentimen Global Jadi Pendorong Utama
Direktur PT Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus mengatakan pasar merespons negatif keputusan Federal Reserve (The Fed) yang kembali mempertahankan suku bunga acuan.
Ini memperkuat ekspektasi bahwa suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama (higher for longer).
"Di saat bersamaan, konflik Iran-Israel yang semakin panas memicu risk-off sentiment, membuat investor global menghindari aset berisiko," ujar Daniel kepada Kontan.co.id.
Dari sisi teknikal, Daniel menilai pola double top memperkuat tekanan jual di pasar. Ia juga menyoroti dampak rebalancing indeks FTSE yang berpotensi mendorong outflow tambahan dari saham-saham big caps.
Baca Juga: Apa Penyebab IHSG Melorot ke Bawah Level 7.000?
Senada, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menilai pelemahan IHSG terjadi karena kombinasi tekanan global dan aksi ambil untung setelah reli sejak Maret lalu.
“Ketegangan di Timur Tengah meningkatkan kekhawatiran lonjakan harga minyak, yang bisa berdampak pada inflasi global. Investor pun memilih keluar dari pasar,” jelas Ekky.
Secara teknikal, Ekky mencermati bahwa penutupan IHSG di bawah MA5 dan MA20 membuka peluang koreksi lanjutan menuju area support 6.700–6.800 dalam jangka pendek.
Meski keputusan The Fed mempertahankan suku bunga di 4,25%–4,50% sudah diperkirakan, hilangnya harapan pemangkasan dalam waktu dekat membuat arus dana cenderung bertahan di AS.
“Jika The Fed terlalu cepat menurunkan bunga, bisa melemahkan dolar AS. Maka, mereka cenderung hati-hati. Tapi ini berdampak ke pasar negara berkembang seperti Indonesia karena aliran dana asing tertahan,” lanjut Ekky.
Namun baik Daniel maupun Ekky sepakat tekanan yang terjadi bersifat jangka pendek.
Baca Juga: Asing Banyak Tadah Saham-Saham Ini di Tengah Koreksi Tajam IHSG, Kamis (19/6)
Secara fundamental, Indonesia tidak terdampak langsung oleh konflik, kecuali melalui harga energi.
Daniel menyarankan fokus pada saham-saham sektor energi yang diuntungkan oleh ketegangan geopolitik, seperti MEDC, ENRG, dan ELSA.
Di sisi lain, Ekky menilai peluang pemulihan bisa mulai terlihat pekan depan, apabila tensi geopolitik mulai mereda.
Ia memproyeksikan IHSG masih berpeluang menguat ke atas 7.400 hingga akhir 2025, dengan asumsi stabilitas makro tetap terjaga dan minat investor terhadap aset berisiko kembali.
Baca Juga: IHSG Tumbang 1,96% Hari Ini, Net Sell Asing Rp 1,25 Triliun Terutama di Saham Bank
Sebaliknya, Daniel cenderung lebih konservatif dan memperkirakan IHSG bergerak sideways di kisaran 6.500–7.000.
“Kemungkinan indeks masih terkoreksi dalam jangka pendek, sampai ada katalis baru seperti pemangkasan bunga The Fed yang bisa menarik aliran dana ke emerging market,” pungkas Daniel.
Selanjutnya: IHSG Terjun ke Bawah 7.000, Sentimen Global Jadi Pendorong Utama
Menarik Dibaca: 5 Tanaman yang Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental Anda, Ada Lidah Buaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News