kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.299.000   5.000   0,22%
  • USD/IDR 16.585   5,00   0,03%
  • IDX 8.258   6,92   0,08%
  • KOMPAS100 1.128   -3,16   -0,28%
  • LQ45 794   -6,53   -0,82%
  • ISSI 295   3,34   1,15%
  • IDX30 415   -3,30   -0,79%
  • IDXHIDIV20 467   -5,39   -1,14%
  • IDX80 124   -0,60   -0,48%
  • IDXV30 134   -0,53   -0,39%
  • IDXQ30 130   -1,48   -1,13%

IHSG Cetak Rekor Tertinggi, Didorong Rebalancing Indeks dan Sentimen Likuiditas


Sabtu, 11 Oktober 2025 / 17:43 WIB
IHSG Cetak Rekor Tertinggi, Didorong Rebalancing Indeks dan Sentimen Likuiditas
ILUSTRASI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak penutupan rekor tertinggi sepanjang masa alias All Time High (ATH) baru.. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/19/09/2025


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak penutupan rekor tertinggi sepanjang masa alias All Time High (ATH) baru. Pada perdagangan Jumat (10/10), IHSG ditutup menguat tipis 0,08% ke level 8.257,85.

Vice President of Equity Retail Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menilai penguatan IHSG kali ini belum sepenuhnya dipengaruhi oleh fenomena window dressing, melainkan oleh sejumlah sentimen pendukung.

Menurutnya, pertama, rebalancing indeks global seperti MSCI dan FTSE yang memasukkan sejumlah emiten konglomerasi menjadi salah satu penopang utama pergerakan IHSG hingga mampu mencetak rekor tertinggi baru.

“Kedua, spekulasi pada dampak implementasi suku bunga yang menurun. Ini membuat cost of fund emiten berpotensi menggairahkan ekspansi para emiten,” jelasnya kepada Kontan, Jumat (10/10).

Baca Juga: IHSG Menguat 1,72% dalam Sepekan, Ditopang Saham Konglomerasi dan Sentimen Global

Selain itu, ketiga, penguatan pada sejumlah komoditas seperti tembaga, perak (silver), dan emas turut mendorong kinerja saham-saham berbasis komoditas.

Keempat, sentimen positif juga datang dari peningkatan likuiditas melalui penggelontoran dana pemerintah sebesar Rp200 triliun, yang berpotensi mendukung aktivitas sektor riil serta menjadi penopang pertumbuhan ekonomi domestik.

“Namun dengan emiten bobot besar, seperti big bank yang belum merealisasikan window dressing justru akan menjadi angin segar jika sudah terimplementasi dampak terhadap kinerja emiten,” katanya.

Investor Domestik Masih Jadi Penopang Utama

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila menilai saat ini terdapat kombinasi antara window dressing dan kekuatan investor domestik dalam menopang penguatan IHSG.

“Sementara asing yang masih cukup selektif untuk masuk ke pasar saham, terutama ke saham growth karena investor menantikan laporan keuangan kuartal III-2025,” jelasnya kepada Kontan, Jumat (10/10).

Indy menambahkan, pelaku pasar — khususnya investor asing — masih menunggu perkembangan data ekonomi Indonesia, termasuk outlook suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan The Federal Reserve (The Fed).

Dorongan Stimulus dan Stabilitas Rupiah

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai penguatan IHSG turut dipicu oleh kebijakan stimulus pemerintah yang ditujukan untuk menggerakkan ekonomi nasional.

Baca Juga: Disetir Data Ekonomi, IHSG Menguat 1,72% Dalam Sepekan

Kementerian Keuangan sebelumnya mengumumkan rencana penggelontoran paket stimulus ekonomi tambahan pada kuartal IV-2025, dengan fokus pada masyarakat miskin dan rentan.

“Kalau misalkan stimulus tersebut tepat sasaran, dampaknya akan dapat memberikan dampak positif pada perekonomian Indonesia di kuartal empat tahun ini,” kata Nafan.

Nafan menambahkan, stabilitas nilai tukar rupiah dan kebijakan moneter BI juga memberikan sentimen positif tambahan bagi pasar saham.

“Sentimen juga dapat dari The Fed, yang berpeluang untuk memangkas suku bunga acuan dalam FOMC di akhir Oktober 2025 dan menanti arah kebijakan The Fed di Desember,” ucapnya.

Strategi Investasi Menjelang Akhir Tahun

Head of Research & Education Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mencermati bahwa dalam beberapa tahun terakhir fenomena window dressing justru sering terjadi pada November, sedangkan investor cenderung wait and see di Desember.

“Di 2025, mungkin hal tersebut bisa terulang. Biasanya window dressing, pelaku pasar akan memilih saham-saham dengan fundamental bagus tetapi harga sahamnya murah atau terdiskon banyak,” katanya.

Valdy mencontohkan, saham-saham perbankan besar seperti BBCA, BMRI, BBNI, dan BBRI telah mengalami penurunan harga cukup tajam dan berpotensi menjadi incaran investor.

Sementara itu, Indy menyarankan agar investor tetap selektif dan fokus pada sektor defensif seperti konsumsi, sambil memantau laporan keuangan sektor perbankan untuk melihat potensi pemulihan profitabilitas.

Baca Juga: Menguat Akhir Pekan Ini, Simak Prediksi IHSG pada Senin (13/10/2025)

Menurut Indy, apabila terdapat tanda-tanda pemulihan laba, investor dapat mempertimbangkan akumulasi pada harga rendah. Ia merekomendasikan beberapa saham dengan target harga:

  • INDF di Rp8.000

  • BBRI di Rp5.025

  • BMRI di Rp5.200

Senada, Nafan menilai investor dapat menerapkan strategi buy on dip atau merealisasikan keuntungan secara selektif.

Ia merekomendasikan sejumlah saham pilihan untuk akhir tahun ini, antara lain:
BBCA, AALI, LSIP, TBLA, ASII, AUTO, BBNI, BBRI, BBTN, BMRI, BNGA, BTPS, ELSA, ERAA, JPFA, PGAS, TLKM, TUGU, dan SIDO.

Selanjutnya: Tabel Harga Emas Antam 11 Oktober 2025 – Semua Ukuran, Naik 0,22%

Menarik Dibaca: Lapar Tengah Malam? Ada Promo HokBen Special Deals 24 Jam Makan Berdua Hemat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×