Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar modal Tanah Air bergerak fluktuatif selama 100 hari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Ini tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sekadar mengingatkan Prabowo bersama wakilnya Gibran Rakabuming Raka resmi dilantik pada 20 Oktober 2024. Pada perdagangan pertama setelah pelantikan, IHSG parkir di level 7.777,59 di 21 Oktober 2024.
Pada akhir perdagangan Jumat (24/1), IHSG berada di level 7.166,05. Artinya dalam rentang 100 hari pemerintah Prabowo-Gibran, IHSG sudah terkoreksi 7,85% atau tergerus 611,54 poin.
Baca Juga: Simak Catatan Analis terhadap Kinerja Pasar Saham di 100 Hari Prabowo - Gibran
Selama periode tersebut, IHSG mencapai level tertinggi pada penutupan 22 Oktober 2024 di level 7.788,98. Masih di hari yang sama, pada perdagangan intraday IHSG bahkan sempat menyentuh level 7.805,92.
Namun penguatan IHSG meredup hingga jebol ke bawah 7.000. IHSG menyentuh level terendahnya pada 100 hari kepemimpinan Prabowo pada 14 Januari 2025. Kala itu, IHSG menutup perdagangan di level 6.956,67.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mencermati pergerakan IHSG yang volatil sebenarnya dipengaruhi oleh faktor eksternal, terlebih setelah Donald Trump memenangkan pemilihan umum di Amerika Serikat (AS).
Pasalnya, muncul ekspektasi inflasi pada pemerintahan Trump akan kembali tinggi karena serangkaian kebijakannya. Ini membuat pelaku pasar menilai peluang The Fed memangkas suku bunga menjadi kecil.
Sukarno bilang, adanya sentimen positif di awal tahun setelah Prabowo membatalkan kenaikan PPN secara umum belum mampu mendorong IHSG karena pasar saham masih disetir sentimen global.
"Sentimen negatif dari eksternal lebih kuat dibandingkan sentimen positif dari dalam negeri," jelasnya saat dihubungi Kontan belum lama ini.
Direktur Purwanto Asset Management Edwin Sebayang menambahkan selain dari sentimen eksternal, pergerakan IHSG juga tak luput dari pengaruh sentimen dalam negeri.
Baca Juga: IHSG Menguat Tipis dalam Sepekan, Cermati Sejumlah Sentimen Penggeraknya
Yakni, keringnya likuiditas di pasar. Kekhawatiran akan naiknya defisit anggaran akibat beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah baru di bawah komando Prabowo.
"Gemuknya jumlah kementerian, menteri, wakil menteri dan utusan khusus yang tentunya akan memerlukan anggaran yang lebih besar serta diterapkannya kebijakan baru yang cukup mengagetkan," kata Edwin.
Wakil Direktur TBS Utama Pandu Patria Sjahrir menyebut pasar ekuitas dalam negeri dipengaruhi oleh sentimen Trump dan tidak ada pengaruh negatif dari pemerintahan Prabowo-Gibran.
"Yang penting sekarang (pemerintah) sudah cukup fokus dari sisi pekerjaannya. Bursa (melemah) gara-gara Amerika, tidak ada hubungannya dengan pemerintah Prabowo," katanya saat ditemui di Jakarta.
Selanjutnya: Cek Proyeksi Bursa Asia untuk Selasa (28/1), Usai Ditutup Beragam
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (28/1): Cerah Berawan hingga Hujan Ringan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News