Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka genap 100 hari pada Selasa, 28 Januari 2025. Analis menyodorkan sejumlah catatan mengenai dinamika pasar modal, khususnya bursa saham selama periode 100 hari Prabowo - Gibran.
Head of Research Syailendra Capital Rizki Jauhari menyoroti survei tingkat kepuasan publik terbilang tinggi terhadap 100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran yang memimpin Kabinet Merah Putih. Contohnya survei dari Litbang Kompas yang memotret 80,9% responden merasa puas terhadap kinerja pemerintah.
Sedangkan di pasar modal, Rizki mengamati sentimen dan reaksi pelaku pasar cenderung beragam (mixed) terhadap pemerintahan baru yang dilantik pada 20 Oktober 2024 ini. Rizki melihat sejumlah kebijakan yang berpotensi membawa respons positif jika berjalan sesuai rencana.
Di antaranya adalah efisiensi anggaran, program Makan Bergizi Gratis (MBG), dan pemberantasan judi online. "Kebijakan lainnya yang berpotensi berdampak positif terhadap ekonomi adalah pembangunan 3 juta rumah dan berlanjutnya hilirisasi," kata Rizki kepada Kontan.co.id, Senin (27/1).
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menilai kebijakan pemerintah dan kondisi makro ekonomi sejauh ini belum dapat memacu arus dana masuk (capital inflow) dari investor asing secara signifikan. Menurut Pandhu, Indonesia perlu memiliki daya tarik dan cerita pertumbuhan (growth story) yang lebih kuat selain hilirisasi.
Baca Juga: Penjualan Mobil Diprediksi Menggeliat, Prospek ASII Bisa Terangkat
"Jika ada potensi growth yang kuat pada suatu industri, tentu dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang baru. Harapannya saham-saham terdampak positif dari pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," ungkap Pandhu.
Sejak akhir tahun 2024, saham-saham milik konglomerat atau grup konglomerasi mendominasi pasar sebagai penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pandhu menaksir peran saham konglomerasi masih kuat menyetir pasar, setidaknya hingga kuartal I-2025, apalagi jika dari dalam negeri masih minim katalis.
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani juga memandang belum banyak kebijakan pemerintah yang berdampak sebagai katalis penggerak IHSG. Menurut Dimas, dalam 100 hari ini masih terlalu dini mengukur dampak dari kebijakan Prabowo - Gibran.
Terutama jika dikaitkan dengan kinerja emiten yang berhubungan, atau diekspektasikan terpapar katalis dari program tersebut. "Contohnya kebijakan MBG kan baru diterapkan. Untuk melihat dampak dari kebijakan Prabowo - Gibran harus dilihat nanti bagaimana datanya. Begitu juga inflasi, pertumbuhan ekonomi dan lainnya," ujar Dimas.
Pada periode yang sama, Dimas melihat ramai sentimen eksternal dari geopolitik maupun makro ekonomi global yang memengaruhi pergerakan pasar. "Belum banyak kebijakan yang berpengaruh terhadap katalis pergerakan IHSG karena selama 100 hari Prabowo - Gibran lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi makro global," jelas Dimas.
Chief Economist NH Korindo Sekuritas Indonesia Ezaridho Ibnutama sepakat, sentimen eksternal cukup kuat menyetir arah pasar. Salah satunya kemenangan hingga pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) yang membawa sentimen signifikan bagi pasar modal global, termasuk Indonesia.
Dus, Ezaridho menilai arus dana keluar (capital outflow) yang cukup kencang tidak sepenuhnya akibat kebijakan 100 hari pemerintahan Prabowo - Gibran. "Investor tampak euforia beralih ke saham AS karena ada Trump Effect ketika menang pemilihan presiden dan dalam perjalanan inagurasi," ujar Ezaridho.
Hanya saja, Ezaridho juga melihat dalam 100 hari pemerintahan Prabowo - Gibran, belum banyak kebijakan yang memberikan sinyal kepada investor dalam mendorong pertumbuhan pasar modal. "Namun, ada sentimen positif ke depan untuk sektor jasa keuangan seperti izin bullion bank untuk perusahaan swasta dan kebijakan lebih terbuka untuk aset kripto," kata Ezaridho.
Chief Executive Officer Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo menilai sentimen di 100 hari pemerintahan Prabowo - Gibran cenderung netral. Pasar pun sudah cenderung priced in sejak pengumuman hasil Pemilihan Presiden.
Setelah pelantikan, pelaku pasar lebih condong merespons faktor eksternal. Terutama dari sisi kebijakan AS di bawah Trump, penurunan frekuensi pemotongan suku bunga AS, hingga dinamika geo-politik global.
"Walau demikian, respons pasar saat ini cenderung positif. Didukung oleh faktor eksternal seperti kebijakan Trump yang dinilai tidak seketat janji kampanyenya," kata Praska.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan turut menyoroti capital outflow yang cukup deras dalam tiga bulan terakhir. Ekonomi global yang tidak stabil sejak kuartal IV-2024 mendorong investor asing mengamankan dananya ke instrumen yang lebih aman di negara maju.
Ekky kemudian menyoroti langkah Bank Indonesia yang di luar ekspektasi pasar memangkas suku bunga acuan 25 basis poin di pertengahan Januari 2025. Langkah ini cukup membuat pembalikkan arah di bursa saham. "Sejak penurunan suku bunga BI arus keluar dana asing mulai melandai, menunjukkan stabilisasi awal di pasar modal," ungkap Ekky.
Menurut Ekky, dinamika yang terjadi di pasar saham sepanjang 100 hari Prabowo - Gibran cenderung sejalan dengan instrumen pasar modal lainnya seperti obligasi. Faktor lain yang berperan besar adalah pelemahan nilai tukar rupiah.
Rizki juga menilai capital outflow lebih disebabkan oleh penguatan signifikan dolar AS. Sebagai catatan, indeks dolar AS menguat 7,16% sejak September 2024 dan menekan kurs rupiah hingga mencapai level Rp 16.300 per dolar AS.
Tapi, menjelang akhir Januari 2025 Rizki menyoroti sinyal perbaikan yang mulai tampak di pasar modal. Pertama, transaksi harian di bursa saham sudah kembali ke atas Rp 10 triliun, setelah pada Desember 2024 sempat menyentuh level terendah di Rp 5,7 triliun.
Kedua, penawaran masuk atas lelang Surat Utang Negara (SUN) konvensional mengalami perbaikan dari rata-rata bid di sekitar Rp 30 triliun - Rp 40 triliun pada November - Desember 2024 menjadi sekitar Rp 54 triliun.
Praska sepakat, stabilitas kurs rupiah yang sudah kembali ke level Rp 16.200 per dolar AS menjadi sentimen penting terhadap pasar modal Indonesia. "Kebijakan Trump dinilai tidak seketat yang dibayangkan berdampak pada penurunan indeks dolar dan penguatan rupiah," kata Praska.
Dus, Praska menilai pelaku pasar perlu mengombinasikan sentimen eksternal dan domestik usai masa 100 hari kerja Prabowo - Gibran, serta gerak IHSG yang masih volatile. Praska menyarankan untuk selektif memilih saham di sektor yang berpotensi terpapar sentimen positif seperti energi, properti, konsumsi dan perbankan.
Dalam situasi pasar yang belum stabil, Dimas menyarankan untuk wait and see terlebih dulu. Para investor bisa memperhatikan sektor perbankan, terutama bank besar yang sedang bangkit.
Dimas menyarankan hold saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), atau buy di level harga saat ini. Target harga berada di area Rp 4.500 dan batas stoploss yang bisa dipertimbangkan ada di posisi Rp 4.100.
Baca Juga: Penjualan Mobil Astra International Diramal Ngegas, Ini Rekomendasi Saham ASII
Selanjutnya: H-3 Hingga H-1 Libur Panjang Isra Mikraj, Terjadi Peningkatan 8,87% Volume Lalin
Menarik Dibaca: Bali Mayoritas Hujan, Waspadai Hujan Petir di 3 Wilayah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News