Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham BUMN masih tertekan sepanjang tahun berjalan ini. Sejak awal tahun, IDX BUMN20 turun 6,62%. Padahal, IHSG tercatat mampu tumbuh positif 9,76% sejak awal tahun.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menilai penurunan indeks tersebut akibat BUMN sektor konstruksi dan properti yang menjadi pemberat.
"Sebelum pandemi fundamental mereka juga sudah dipandang kurang karena utangnya besar sehingga kalau kinerja BUMN negatif mungkin disumbang sektor itu," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (27/12).
Berdasarkan data Bloomberg, sejak awal tahun hanya lima saham yang mencatatkan kenaikan harga sedangkan lainnya mencatatkan penurunan. WSKT menjadi top loser dengan penurunan 52,43% year to date (ytd), lalu PTPP turun 44,50%, WIKA turun 43,32%, KAEF turun 43,06%, dan SMGR turun 40,44%.
Baca Juga: Harga Saham ANTM TINS PTBA, Cenderung Turun Tahun Ini, Siapa Terbaik untuk Investasi
Sementara, emiten yang mencatatkan kenaikan dipimpin oleh TLKM yang naik 24,82%, ANTM naik 18,86%, dan BMRI 10,67%. Lalu, juga ada BJTM yang naik 10,29% serta BBNI naik 9,31%.
Secara kinerja sendiri, dia melihat emiten BUMN masih mengalami penurunan selama pandemi Covid-19. Di sisi lain, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini juga meleset sehingga pertumbuhan kinerja emiten juga banyak yang meleset.
Akibatnya, harga saham emiten mengalami koreksi. "Namun, kalau bicara tiga bulan terakhir beberapa saham membaik walau belum kembali ke level sebelum pandemi," sebutnya.\
Baca Juga: Menakar Prospek ANTM, TINS, PTBA, Mana yang Lebih Menarik?
Secara prospek, Wawan bilang tahun depan ekspektasi pertumbuhan ekonomi mencapai 5%-6%. Juga, sejauh ini varian omicron belum menjadi sesuatu yang membuat penerapan PPKM ketat sehingga dia menilai ini menjadi awal yang cukup baik untuk 2022.
Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat juga sependapat bahwa penurunan IDX BUMN20 bukan berarti saham-saham BUMN tidak menarik. "Tidak bisa dikatakan kurang menarik karena kinerja mereka turun karena ekonomi belum pulih," sebutnya.
Baca Juga: Jumlah Investor Pasar Modal Naik 89,58% Sepanjang Tahun, Investor Ritel Mendominasi
Dia juga memproyeksikan kinerja BUMN dan secara keseluruhan ekonomi bisa membaik di 2022. Hal itu berangkat dari proses vaksinasi.
Lanjutnya, saat ini dosis pertama sudah mencapai sekitar 70% dan anak-anak juga sudah mulai vaksin.
"Dengan progres yang ada diproyeksikan tidak ada lockdown seperti Juli lalu. Artinya ekonomi bisa tetap berjalan dan kian pulih sehingga kinerja sektor ekonomi bisa bertumbuh dan pada pertengahan 2022 Indonesia harusnya bisa mencapai progres vaksinasi 75% untuk dosis II," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News