kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga tiga komoditas akan atraktif pekan ini, simak rekomendasi sahamnya


Selasa, 08 Desember 2020 / 11:11 WIB
Harga tiga komoditas akan atraktif pekan ini, simak rekomendasi sahamnya
ILUSTRASI. Harga batubara global akan diperdagangkan lebih tinggi pekan ini, mengingat proyeksi impor China yang naik.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki pekan kedua Desember 2020, sejumlah komoditas diperkirakan bakal diperdagangkan dengan harga yang atraktif, salah satunya adalah batubara. Harga batubara global akan diperdagangkan lebih tinggi pekan ini, mengingat proyeksi yang lebih tinggi untuk angka impor batubara (lignit) bulan November di China.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan memperkirakan angka impor akan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya karena Negeri Panda tersebut sedang menghadapi musim dingin. Dengan demikian, ini akan menjadi potensi kenaikan harga batubara global.

Lebih lanjut, Mirae Asset menilai ekspor batu bara Australia ke China akan semakin melambat dalam waktu dekat seiring ketegangan hubungan geopolitik antara kedua wilayah. Di sisi lain, ekspor batubara Indonesia ke China diperkirakan bakal meningkat dalam waktu dekat.

“Secara keseluruhan, kami berpendapat bahwa harga batubara global akan diperdagangkan lebih tinggi pekan ini, mengingat estimasi yang lebih tinggi untuk impor batubara (lignit) China bulan November,” tulis Andy dalam riset, Selasa (8/12).

Baca Juga: Saham Pertambangan Tahun Depan Masih Moncer, Cermati Prospek dan Rekomendasi Sahamnya

Untuk itu, Andy menilai saham PT Adaro Energy (ADRO) Tbk, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), serta saham lain yang terkait batubara akan menarik pekan ini.

Komoditas lain yang juga diperdagangkan atraktif pekan ini adalah komoditas logam selain timah. Dari sisi pasokan, Mirae Asset meyakini persediaan nikel di bursa London Metal Exchanges (LME) akan lebih rendah pekan ini. Sebelumnya, Mirae Asset mencatat bahwa persediaan nikel LME untuk 4 Desember meningkat menjadi 242.562 ton, dari pekan sebelumnya sebesar 241.752 ton.

Selain itu, persediaan tembaga di LME juga akan turun pekan ini. Dus, ini akan menimbulkan potensi kenaikan harga nikel global karena harga tembaga dan nikel memiliki korelasi positif yang kuat. Sebagai catatan, pada 4 Desember persediaan tembaga di LME menurun menjadi 149.675 ton, turun 0,7% secara mingguan.

Baca Juga: Produksi batubara di tahun 2021 ditargetkan sebesar 550 juta ton, ini rinciannya

Hal yang sama juga dialami oleh komoditas timah yang stoknya turun menjadi 3.575 ton pekan lalu di LME, dari pekan sebelumnya di angka 3.880 ton. Selain itu, persediaan timah di LME pekan ini akan lebih rendah dibandingkan pekan lalu. Faktor ini kemungkinan besar akan menimbulkan potensi kenaikan harga timah dunia untuk pekan ini.

Di sisi lain, sentimen pemberat datang dari China. Konsensus memperkirakan consumers price index (CPI) China di November secara year-on-year (yoy) akan  berada di angka 0,0%, menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,5% yoy.

Sementara itu, harga emas diperkirakan bakal lebih tinggi seiring melemahnya daya beli di Amerika Serikat (AS). Konsensus memperkirakan indeks harga konsumen AS periode November turun menjadi 1,1% yoy, dari bulan sebelumnya di 1,2% yoy. Selain itu, konsensus memperkirakan bahwa klaim pengangguran awal AS untuk tanggal 5 Desember akan meningkat menjadi 725.000 orang, dari pekan sebelumnya yang hanya 712.000 orang.

Dus, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT  Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan saham terkait nikel dan emas lainnya akan menarik pekan ini.

Baca Juga: IHSG menguat di awal perdagangan Selasa (8/12), asing mencatat net sell

Sementara itu, pakar di industri minyak sawit mentah (CPO) memperkirakan harga minyak sawit global berpotensi mencapai RM 4.000 per ton (US$ 982 per ton) pada Januari 2021 berdasarkan analisis permintaan dan suplai. Ini bisa menjadi sentimen positif bagi harga CPO global pekan ini.

Di sisi lain, Indonesia sebagai produsen CPO global terbesar di dunia, menaikkan pungutan ekspor CPO yang berlaku efektif pada 10 Desember. Secara keseluruhan, harga CPO global akan diperdagangkan mixed pekan ini mengingat adanya katalis dua sisi.

Baca Juga: Satu-satunya indeks sektoral yang naik, ini prospek sektor pertambangan tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×