kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,41   -13,08   -1.42%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Satu-satunya indeks sektoral yang naik, ini prospek sektor pertambangan tahun depan


Minggu, 06 Desember 2020 / 17:55 WIB
Satu-satunya indeks sektoral yang naik, ini prospek sektor pertambangan tahun depan
ILUSTRASI. Sejak awal tahun indeks sektor pertambangan menguat hingga 13,48% dan menjadi satu-satunya indeks sektoral yang positif.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah indeks sektoral yang mayoritas memerah sejak awal tahun, indeks sektor pertambangan menjadi satu-satunya yang menghijau. Kinerja indeks pertambangan juga lebih baik dibanding indeks harga saham gabungan (IHSG) yang masih tertekan 7,76%. 

Mengutip data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak awal tahun indeks sektor pertambangan menguat hingga 13,48%. Kinerjanya melebihi indeks sektor barang konsumen yang tertekan 8,62% dan sektor keuangan yang melorot 3,39%. Adapun penurunan terdalam dirasakan oleh sektor properti, real estate, dan kontruksi gedung yang tertekan hingga 24,34%.  

CIO of Star Asset Management Erindra Krisnawan menjelaskan, prospek sektor pertambangan masih menarik tahun depan. Menurut dia, sketor pertambangan akan terdorong sentimen makro yang positif.

Misalnya, adanya potensi perbaikan permintaan setelah pandemi Covid-19. Pasokan barang akan menyesuaikan permintaan, sehingga harga dari masing-masing komoditas pun berpeluang meningkat. Selain itu, mayoritas bank sentral di seluruh dunia mengeluarkan pernyataan untuk mempertahankan suku bunga rendah dan quantitative easing

Kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) akan berkontribusi positif karena dolar AS diprediksi akan cenderung tertekan. Di sisi lain, Joe Biden dianggap memiliki kebijakan perdagangan yang lebih bersahabat, sehingga akan berpengaruh terhadap perdagangan komoditas.

Baca Juga: Perbaikan data tenaga kerja AS turut menyokong penguatan kurs rupiah

Adapun salah satu arah pemerintahan Joe Biden ketika memimpin AS nanti adalah green industries. Erindra bilang, ini akan memberi angin segar bagi industri-industri tekait, misalnya electric vehicle (EV). Dengan demikian, komoditas nikel menjadi lebih atraktif karena diperlukan menjadi bahan baku baterai EV. 

Akan tetapi, menurut Erindra untuk saat ini harga komoditas nikel sudah priced-in. Harga nikel sudah pulih karena adanya permintaan dari China untuk industri stainless steel. Asal tahu saja, 75% dari penyerapan nikel itu digunakan untuk industri stainless steel. Adapun permintaan nikel untuk baterai baru akan benar-benar terwujud di tahun 2024 hingga 2025. 

"Siap-siap dalam short term ini masih akan volatile," kata Erindra dalam webinar Indonesia Investment Education (IIE) yang digelar secara virtual, Sabtu (6/12). Dia menambahkan, secara jangka pendek harga nikel akan berada di level baru US$ 15.000 hingga US$ 16.000 per ton. Di tahun 2021 harga komoditas nikel berpeluang turun ke level US$ 14.000 per ton. 

Senior Analis PT Indo Premier Sekuritas Timothy Handerson dalam kesempatan yang sama tidak memungkiri, green industries memang akan berpengaruh terhadap sektor pertambangan khususnya yang berbasis fosil seperti batubara. Akan tetapi yang perlu dicermati saat ini adalah proses transisi tersebut akan memakan waktu yang lama. 

Baca Juga: Harga batubara berpotensi terus naik hingga US$ 80 per ton




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×