Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Hal yang sama juga dialami oleh komoditas timah yang stoknya turun menjadi 3.575 ton pekan lalu di LME, dari pekan sebelumnya di angka 3.880 ton. Selain itu, persediaan timah di LME pekan ini akan lebih rendah dibandingkan pekan lalu. Faktor ini kemungkinan besar akan menimbulkan potensi kenaikan harga timah dunia untuk pekan ini.
Di sisi lain, sentimen pemberat datang dari China. Konsensus memperkirakan consumers price index (CPI) China di November secara year-on-year (yoy) akan berada di angka 0,0%, menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,5% yoy.
Sementara itu, harga emas diperkirakan bakal lebih tinggi seiring melemahnya daya beli di Amerika Serikat (AS). Konsensus memperkirakan indeks harga konsumen AS periode November turun menjadi 1,1% yoy, dari bulan sebelumnya di 1,2% yoy. Selain itu, konsensus memperkirakan bahwa klaim pengangguran awal AS untuk tanggal 5 Desember akan meningkat menjadi 725.000 orang, dari pekan sebelumnya yang hanya 712.000 orang.
Dus, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan saham terkait nikel dan emas lainnya akan menarik pekan ini.
Baca Juga: IHSG menguat di awal perdagangan Selasa (8/12), asing mencatat net sell
Sementara itu, pakar di industri minyak sawit mentah (CPO) memperkirakan harga minyak sawit global berpotensi mencapai RM 4.000 per ton (US$ 982 per ton) pada Januari 2021 berdasarkan analisis permintaan dan suplai. Ini bisa menjadi sentimen positif bagi harga CPO global pekan ini.
Di sisi lain, Indonesia sebagai produsen CPO global terbesar di dunia, menaikkan pungutan ekspor CPO yang berlaku efektif pada 10 Desember. Secara keseluruhan, harga CPO global akan diperdagangkan mixed pekan ini mengingat adanya katalis dua sisi.
Baca Juga: Satu-satunya indeks sektoral yang naik, ini prospek sektor pertambangan tahun depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News