Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga tembaga melemah pada perdagangan Jumat (25/4) karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS).
Selain itu, ketidakpastian permintaan global membayangi optimisme pasar terhadap upaya AS dan China meredakan ketegangan perang dagang mereka.
Melansir Reuters, harga tembaga acuan di London Metal Exchange (LME) turun 0,4% menjadi US$ 9.360 per ton pada pukul 09.40 GMT.
Baca Juga: Negosiasi AS dan China Masih Buram, Harga Tembaga Terkoreksi
Logam industri ini sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi sejak 3 April di US$9.481,50 awal pekan ini dan tetap menuju kenaikan mingguan secara keseluruhan.
Pada hari yang sama, muncul kabar bahwa China telah memberikan pengecualian tarif sebesar 125% terhadap beberapa produk impor dari AS.
Serta meminta pelaku usaha untuk mengidentifikasi barang-barang yang perlu dibebaskan dari tarif sebagai respons atas dampak ekonomi perang dagang.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa tarif tinggi antara AS dan China tidak berkelanjutan dalam jangka panjang.
"Situasi perang dagang ini sulit diprediksi. Jelas ada negosiasi, tetapi bukan negosiasi yang mudah," kata Nitesh Shah, analis komoditas di WisdomTree.
"Dalam jangka pendek, kita belum tahu seberapa besar kerusakan permintaan akibat perang dagang. Jadi saya tidak terlalu terkejut jika hari ini kita melihat pelemahan."
Kontrak tembaga paling aktif di Bursa Berjangka Shanghai (SHFE) juga turun 0,3% menjadi 77.440 yuan (sekitar US$ 10.682,66) per metrik ton.
Stok tembaga di gudang-gudang yang diawasi SHFE tercatat anjlok 32% sepanjang pekan ini, menurut data bursa pada Jumat.
Baca Juga: Cek Daftar 10 Tambang Tembaga Terbesar Dunia, Grasberg di Papua Urutan Berapa?
Penurunan tajam ini didorong oleh konsumen yang menarik persediaan yang dibeli beberapa minggu lalu ketika harga tembaga sempat jatuh drastis setelah Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor.
Reuters melaporkan pada Kamis bahwa penurunan drastis stok SHFE memicu kekhawatiran akan potensi “short squeeze” di pasar.
Sementara itu, penguatan dolar AS turut menekan pasar logam karena membuat harga komoditas berdenominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli dari negara lain.
Untuk logam industri lainnya, aluminium di LME turun 0,1% menjadi US$ 2.447 per ton, seng melemah 1% ke US$ 2.662, timbal turun 0,4% ke US$ 1.951,50, nikel melemah 0,8% ke US$ 15.690, sementara timah menguat 1,5% menjadi US$ 32.250.
Selanjutnya: Reksa Dana Diburu, Investor dan Nilai Reksa Dana Mirae Asset Naik di Awal 2025
Menarik Dibaca: Produk Baru Somethinc Soroti Tren Kosmetik Hybrid dan Inklusivitas Warna Kulit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News