Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga tembaga mengalami penurunan pada hari Jumat (8/11), di tengah kekecewaan terhadap stimulus fiskal yang diumumkan oleh China, konsumen logam terbesar di dunia, untuk memulihkan perekonomian yang lesu.
Melansir Reuters, harga tembaga kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 2,2% menjadi US$9.456 per ton dalam perdagangan resmi, setelah beberapa hari bergejolak pasca pemilu AS, termasuk rebound 3,4% pada Kamis.
Baca Juga: Larangan Ekspor Konsentrat Tembaga, Bos Bea Cukai Buka Suara
Paket dukungan yang diumumkan China pada hari Jumat bertujuan untuk mengurangi tekanan pembayaran utang pemerintah daerah dan menyiratkan adanya stimulus tambahan yang akan datang untuk mendorong perekonomian.
"Pasar jelas kecewa; mereka menginginkan lebih dari China," kata Nitesh Shah, Commodity Strategist di WisdomTree.
"Ekspektasi sangat tinggi, tetapi pasar mulai kehilangan kesabaran dengan janji dukungan kebijakan fiskal yang hanya berbentuk kata-kata."
Kekhawatiran investor terus meningkat akibat ancaman tarif tinggi dari Presiden AS yang baru terpilih, Donald Trump, yang dapat menekan permintaan logam.
Baca Juga: Dolar AS Melemah, Harga Tembaga Naik ke Puncak 2 Minggu pada Senin (4/11)
"Saya melihat pengumuman hari ini sebagai tanda bahwa China menunggu hingga ada kepastian soal pembatasan perdagangan, dan menjaga sebagian dari stimulus untuk saat itu," tambah Shah.
Kontrak tembaga Desember yang paling banyak diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange (SHFE) naik 1,5% menjadi 77.100 yuan (US$10.753) per ton sebelum pengumuman stimulus China.
“Dari 6 triliun yuan yang diumumkan untuk segera menyelesaikan utang daerah, dibandingkan dengan ekspektasi awal sebesar 12 triliun, pasar pun tertekan,” ujar seorang pedagang di Asia.
Kerugian terbantu oleh data mingguan yang menunjukkan persediaan tembaga di gudang SHFE turun sekitar 9%, yang menunjukkan peningkatan permintaan.
Baca Juga: Prospek Harga Logam Industri Tertekan, Ini Penyebabnya
Sementara itu, nikel di LME turun 1,4% menjadi US$16.355 per ton setelah persediaan meningkat menjadi 150.336 ton, level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun, dan meningkat dua kali lipat dalam tujuh bulan terakhir.
“Reli short-covering nikel terhenti karena pembangunan stok berlanjut di lokasi gudang Asia,” ungkap broker Marex dalam sebuah catatan.
Di antara logam lainnya, aluminium LME turun 2,2% menjadi US$2.635 per ton, seng melemah 2% menjadi US$2.990, timbal turun 0,3% menjadi US$2.031,50, dan timah merosot 0,5% menjadi US$31.650.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News