Reporter: Dwi Nicken Tari | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rilis data perdagangan China benar-benar menekan harga tembaga. Harga tembaga diprediksi akan melanjutkan penurunan hingga 2016. Perlambatan ekonomi China menjadi faktor utama melemahnya harga tembaga.
Mengutip Bloomberg, Senin (27/7) pukul 12.07 WIB harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik tipis 0,07% ke level US$ 5.267 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Begitu pun harga ini masih tergerus 3,88% sepekan terakhir.
Rilis data ekonomi di China mengenai Markit flash Manufacturing PMI yang berada di bawah ekspektasi di level 48,2 dan lebih buruk dibandingkan periode sebelumnya di 49,4 membuat harga komoditas, termasuk tembaga, terlempar.
“Ini yang mengakibatkan harga tembaga mengalami penurunan karena bursa saham China juga jadi turun,” kata Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka.
Selain itu, Ibrahim juga menjelaskan mengenai turunnya data perdagangan China di bulan Juli sebesar 0,3% dan Juni sebesar 0,3% padahal pada April masih naik 0,6% dan Mei naik sebesar 0,6%. Dilihat dari data perdagangan itu, Ibrahim mengasumsikan semakin tingginya indikasi perlambatan ekonomi China.
“Ekonomi China sendiri sedang melambat, di luar dari dugaan bahwa harga komoditas dunia memang sedang jatuh-jatuhnya,. China sebagai negara pengimpor tembaga terbesar di dunia tentu akan mempengaruhi pergerakan harga tembaga” komentar Ibrahim.
Memang, harga tembaga yang mencapai level terendahnya pada Jumat (24/7) lalu sejak 2009 telah mengalami penurunan bertahap. Dimulai dari dampak rilis data manufaktur China, data perdagangan China, selanjutnya PDB China yang stagnan di 7% di kuartal 1. “Data-data itu mendukung perlambatan ekonomi di China dan imbasnya ke seluruh negara yang surat obligasinya dimiliki China, seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Amerika Latin,” lanjut Ibrahim.
Selain itu, perlambatan ekonomi di China dengan sendirinya akan membuat permintaan terhadap tembaga juga menurun. Ibrahim menyatakan bahwa sebelum akumulasi data satu bulan perdagangan China itu dirilis, sudah ada fakta yang memperlihatkan bahwa permintaan sedang menurun.
“Padahal China sudah berusaha dengan memberikan stimulus, penurunan suku bunga, tapi tetap saja ekonominya masih terpuruk dan hingga 2016 harga tembaga bakal susah naik,” ujar Ibrahim.
Ditambah lagi prospek kenaikan suku bunga oleh the Fed pada akhir 2015 ini turut menekan pergerakan harga tembaga. Bahkan di akhir 2015, Ibrahim menduga harga tembaga akan berada di US$ 4.500 per metrik ton dengan asumsi wajar harga turun melihat kondisi perekonomian global tahun ini. “Bank-bank di China akan tiarap semua, tidak mau memberikan garansi untuk komoditas,” tambah Ibrahim.
Oleh karena itu, Ibrahim menduga harga tembaga pada Selasa (28/7) akan kembali jatuh. “Rilis data perdagangan China ini berdampak luar biasa bagi harga komoditas, termasuk tembaga,” kata Ibrahim.
Ibrahim menduga harga tembaga Selasa (28/7) bergerak di kisaran US$ 5.163 – US$ 5.268 per metrik ton. “Pekan depan masih tertekan di kisaran support US$ 5.050 dan resistance US$ 5.268 per metrik ton,” tutup Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News