Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Harga tembaga mulai merangkak naik. Salah satu pemicunya adalah data manufaktur Tiongkok pada bulan Juni 2015 yang diproyeksikan positif. Namun, penguatan ini diprediksi hanya sesaat, sebelum harga tembaga kembali terlempar.
Mengutip Bloomberg, Kamis (23/7) pukul 14:04 waktu Hong Kong harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik tipis 0,18% ke level US$ 5.371 per metrik ton. Tapi dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini masih tergerus sekitar 3,39%.
Kabar positif berembus dari Tiongkok. Pasar memprediksi data Markit Flash Manufacturing PMI China pada Juni 2015 yang segera diumumkan sedikit terangkat ke level 49,8, dibandingkan sebelumnya 49,4. “Penguatan tembaga mungkin terbatas karena pasar menyadari data itu masih di bawah 50 alias kontraksi,” papar Ibrahim, analis dan Direktur Komoditi Ekuilibrium Berjangka kepada KONTAN, Kamis (23/7).
Harga tembaga juga ikut tertolong koreksi dollar Amerika Serikat (AS). Hingga kemarin, indeks dollar AS menyusut 0,57% ke 97,05. Tapi koreksi ini dianggap wajar setelah dalam beberapa hari terakhir The Greenback naik tinggi.
Menurut Ibrahim, tak ada faktor yang mampu mendorong harga tembaga menguat lebih lama. Kondisi pasar saat ini tak menguntungkan. Stok di London Metal Exchange (LME) menggendut dua kali lipat sepanjang tahun 2015.
Meski kini Yunani sudah mendapatkan bantuan, jangan lupa, Eropa masih bergelut dengan pelonggaran stimulus hingga Maret 2016 mendatang.
Keadaan diperburuk dengan ekspektasi kenaikan suku bunga AS. Setelah Gubernur Bank Sentral AS alias Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen yakin, akan peluang kenaikan suku bunga acuan di tahun 2015 ini. “Di saat daya beli melemah, harga jual justru melambung, maka bisa dipastikan tekanan koreksi sangat tinggi,” kata Ibrahim.
Tekanan semakin besar jika data manufaktur China dan Eropa buruk, di saat yang sama data ekonomi AS positif. Data ekonomi AS yang bisa mempengaruhi adalah klaim pengangguran mingguan, yang bisa turun 0,71% menjadi 279.000.
Dalam laporannya, Goldman Sachs juga memangkas proyeksi harga tembaga sebesar 44% hingga tahun 2018 mendatang. Selain memangkas proyeksi harga, Goldman Sachs memprediksi, permintaan Tiongkok akan terlempar ke level terendah dalam dua dekade terakhir. Goldman Sachs juga mencatat, permintaan tembaga di gudang LME menyusut ke level terendah sejak Maret 2013.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News