Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Inflasi harga konsumen Amerika Serikat (AS) tercatat menurun pada Februari 2025. Kondisi ini membuka peluang penguatan nilai logam mulia perak berjangka sebagai aset safe haven, terutama dengan prediksi meningkatnya kebutuhan stok perak Meksiko pada 2026.
Pada Kamis (13/3) pukul 13.35 WIB, harga perak berjangka tercatat di level US$ 33 per gram. Secara mingguan, harga mengalami kenaikan 0,05%, sementara secara bulanan mencatat penguatan hingga 2,6%.
Analis PT Finex Solusi Future, Brahmantya Himawan, menyatakan bahwa di tengah ketegangan perdagangan global akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, investor cenderung mencari perlindungan melalui aset safe haven seperti emas dan perak.
Baca Juga: Harga Emas Spot Turun di Tengah Penguatan Dolar AS pada Senin (28/10) Pagi
"Harga perak berpotensi naik menuju resistance tertinggi di kisaran US$ 35 hingga US$ 40 per gram," ujar Brahmantya kepada Kontan.co.id, Kamis (13/3).
Brahmantya menambahkan, kebutuhan stok dari Meksiko sebagai produsen perak terbesar dunia dapat mendorong kenaikan harga.
Dalam sepuluh tahun terakhir, Meksiko telah memproduksi 5.600 ton perak secara konsisten, namun cadangannya menyusut menjadi 37.000 ton. Jika laju penambangan tetap, cadangan perak Meksiko diperkirakan habis pada akhir 2026.
"Produksi perak mengalami penurunan dua digit setiap tahunnya selama hampir satu dekade. Pasokan yang menipis mendukung potensi kenaikan harga perak," jelasnya.
Baca Juga: Harga Emas Spot Naik Tipis ke US$2.638,09 Selasa (7/1), di Tengah Pelemahan Dolar AS
Selain itu, permintaan industri terhadap perak, terutama untuk panel surya, kendaraan listrik, dan kecerdasan buatan, turut mendorong peningkatan harga sepanjang 2024.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai penguatan harga perak juga dipengaruhi oleh kenaikan harga emas sebagai dampak dari meredanya inflasi AS. Meskipun perak merupakan logam industri, pergerakan harganya tetap berkaitan dengan harga emas.
"Sentimen utama yang mempengaruhi harga perak meliputi harga emas, kebijakan suku bunga The Fed, dan kondisi perekonomian global," ungkap Lukman.
Lukman menambahkan, dalam kondisi ekonomi yang kuat, harga perak berjangka cenderung meningkat. Di sisi lain, ketegangan dagang global akibat kebijakan tarif Presiden Trump turut mendorong minat terhadap aset safe haven seperti perak dan emas.
Baca Juga: BI Waspadai Dampak Lonjakan Inflasi AS
Dengan inflasi yang mereda, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga setidaknya hingga pekan depan. Meski ketegangan dagang global belum sepenuhnya mereda, perak berjangka dinilai masih memiliki prospek yang baik sebagai pilihan investasi, meskipun return-nya lebih kecil dibandingkan emas.
Lukman memproyeksikan harga perak berjangka akan berada di kisaran US$ 34–US$ 35 per gram hingga pertengahan tahun ini, dan berpotensi mencapai US$ 36–US$ 38 per gram pada akhir tahun.
Selanjutnya: Ramadan dan Lebaran Memacu Penjualan Gawai, Tapi Bisa Terhalang Daya Beli
Menarik Dibaca: 4 Buah Terbaik untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, Baik buat Jantung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News