Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak merangkak naik pada pagi ini setelah turun empat hari beruntun sejak akhir tahun lalu. Meski naik, harga minyak masih tercatat turun tajam dalam sepekan terakhir.
Rabu (3/1) pukul 7.07 WIB, harga minyak WTI kontrak Februari 2024 di New York Mercantile Exchange menguat 0,17% ke US$ 70,50 per barel dari posisi kemarin US$ 70,38 per barel. Dalam sepekan terakhir, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini masih turun 4,87%.
Pada perdagangan perdana 2024, harga minyak WTI melorot 1,77%. Sedangkan harga minyak Brent kontrak Maret 2024 di ICE Futures kemarin anjlok 1,49% ke US$ 75,89 per barel yang merupakan penurunan hari keempat beruntun.
Harga minyak kemarin turun karena ekspektasi penurunan suku bunga berkurang dan meredanya kekhawatiran bahwa ketegangan di Laut Merah akan mengganggu pasokan. Investor mengurangi ekspektasi mengenai penurunan suku bunga pada tahun 2024. Penurunan suku bunga mengurangi biaya pinjaman konsumen, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Baca Juga: Wall Street Mengawali Tahun 2024 di Zona Merah, Saham Teknologi Membebani Pasar Saham
Dolar juga menguat pada hari Selasa, sementara pasar saham AS merosot, semakin menekan harga minyak lebih rendah. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lainnya.
"Pasar sedang mengoreksi diri sejauh tidak ada gangguan pasokan dan mereka berpikir kecil kemungkinannya kapal perang Iran akan terlibat dengan kapal perang Amerika,” kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates kepada Reuters.
Pada hari Minggu, helikopter AS menangkis serangan pasukan Houthi yang didukung Iran terhadap kapal kontainer yang dioperasikan oleh kapal pengirim Denmark Maersk di Laut Merah. Pada hari Senin, sebuah kapal perang Iran telah memasuki Laut Merah, menurut kantor berita semi-resmi Tasnim.
Baca Juga: Harga BBM Non Subsidi Turun Per 1 Januari 2024, Ini Alasannya Menurut Pertamina
Maersk dari Denmark dan saingannya dari Jerman Hapag-Lloyd mengatakan kapal kontainer mereka akan terus menghindari jalur Laut Merah yang memberikan akses ke Terusan Suez. Konflik yang lebih luas dapat menutup jalur air penting untuk transportasi minyak.
Survei Reuters terhadap para ekonom dan analis memperkirakan harga minyak mentah Brent rata-rata US$ 82,56 per barel tahun ini, naik sedikit dari rata-rata tahun 2023 sebesar US$ 82,17 dengan pertumbuhan global yang lemah diperkirakan akan membatasi permintaan. Namun ketegangan geopolitik dapat mendukung harga.
Di Tiongkok, ekspektasi investor terhadap langkah-langkah stimulus ekonomi meningkat setelah aktivitas manufaktur menyusut pada bulan Desember untuk bulan ketiga. Stimulus apa pun dapat meningkatkan permintaan minyak dan mendukung harga minyak mentah.
Secara terpisah, OPEC+ berencana mengadakan pertemuan Komite Pemantau Bersama Kementerian (JMMC) pada awal Februari, meskipun tanggal pastinya belum diputuskan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News