kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.650.000   29.000   1,79%
  • USD/IDR 16.349   90,00   0,55%
  • IDX 7.073   43,40   0,62%
  • KOMPAS100 1.037   7,79   0,76%
  • LQ45 810   -1,46   -0,18%
  • ISSI 212   1,87   0,89%
  • IDX30 422   0,11   0,03%
  • IDXHIDIV20 506   -1,11   -0,22%
  • IDX80 117   0,24   0,20%
  • IDXV30 121   0,19   0,16%
  • IDXQ30 138   -0,30   -0,22%

Harga Minyak Mentah Turun Terseret Perang Dagang AS-China, WTI ke US$71,95


Selasa, 04 Februari 2025 / 19:12 WIB
Harga Minyak Mentah Turun Terseret Perang Dagang AS-China, WTI ke US$71,95
ILUSTRASI. Harga minyak mentah. REUTERS/Todd Korol


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah turun pada Selasa (4/6), setelah tarif baru Amerika Serikat (AS) terhadap China mulai berlaku, yang langsung dibalas oleh Beijing dengan tarifnya sendiri.

Ketegangan perdagangan yang meningkat ini memicu kekhawatiran akan dampaknya terhadap permintaan minyak global.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menunda keputusan mengenai tarif tinggi terhadap Kanada dan Meksiko selama satu bulan.

Baca Juga: Penundaan Tarif Impor AS Masih akan Mendukung Rupiah di Perdagangan Rabu (5/2)

Melansir Reuters, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$1,21 atau 1,65% menjadi US$71,95 per barel pada pukul 10:44 GMT.

Sementara itu, harga minyak Brent turun 73 sen atau 1% menjadi US$75,23 per barel.

Kementerian Keuangan China mengumumkan akan mengenakan tarif sebesar 15% terhadap batu bara dan LNG dari AS, serta 10% terhadap minyak mentah, peralatan pertanian, sejumlah truk, dan sedan bermesin besar yang dikirim dari AS ke China.

Secara terpisah, Kementerian Perdagangan dan Administrasi Bea Cukai China juga memberlakukan pembatasan ekspor terhadap beberapa logam penting yang digunakan dalam elektronik, peralatan militer, dan panel surya.

Ketegangan perdagangan yang terus berlangsung antara AS dan China dapat mengurangi permintaan minyak dan memberikan tekanan lebih lanjut pada harga.

Baca Juga: Perang Dagang Global Bawa Dampak ke IHSG, Cermati Saran dari Analis Ini

"Tindakan balasan China kemungkinan tidak akan berhenti hanya pada tarif 10% terhadap minyak mentah AS. Jika AS merespons dengan tarif tambahan terhadap ekspor China, Beijing juga dapat sengaja melemahkan yuan," kata Kelvin Wong, analis pasar senior di OANDA.

"Secara keseluruhan, tindakan ini dapat memperkuat dolar AS, yang pada akhirnya melemahkan harga minyak, mengingat anggota OPEC+ tetap berkomitmen untuk secara bertahap meningkatkan pasokan minyak mulai April."

Data bea cukai menunjukkan bahwa impor minyak mentah China dari AS hanya mencakup 1,7% dari total impornya pada 2024.

Analis pasar IG, Yeap Jun Rong, menyatakan bahwa tarif balasan China terhadap AS dapat dianggap sebagai tanda eskalasi konflik dan mengurangi kemungkinan kesepakatan sementara, seperti yang telah dicapai AS dengan Meksiko dan Kanada.

Baca Juga: Penasihat Khusus Prabowo Pede Pertumbuhan Ekonomi 2024 di Atas 5%

Sebelumnya, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum sepakat untuk meningkatkan pengawasan perbatasan guna merespons tuntutan Trump untuk menindak imigrasi ilegal dan penyelundupan narkoba.

Langkah ini menunda penerapan tarif 25% terhadap kedua negara selama 30 hari, termasuk tarif 10% pada impor energi dari Kanada yang sebelumnya dijadwalkan berlaku mulai Selasa.

"Penundaan tarif terhadap Kanada dan Meksiko selama sebulan memberikan sedikit ruang bagi pasar untuk berfokus pada faktor lain, seperti kekuatan dolar AS dan tarif balasan antara AS dan China, yang kembali menimbulkan kekhawatiran terhadap ekonomi global. Sementara itu, OPEC+ tetap bertahan pada kebijakan pasokan mereka," ujar Harry Tchilinguirian, kepala riset di Onyx Capital Group.

Baca Juga: Harga Minyak WTI Anjlok Hampir 2%, Tertekan Pungutan ke China yang Mulai Berlaku

Kelompok produsen minyak OPEC+ sepakat pada Senin untuk tetap melanjutkan kebijakan peningkatan produksi minyak secara bertahap mulai April.

Dari sisi permintaan, investor akan mencermati data stok minyak AS untuk pekan yang berakhir pada 31 Januari.

Jajak pendapat Reuters memperkirakan bahwa persediaan minyak mentah meningkat, sementara stok bensin dan distilat kemungkinan menurun.

Selanjutnya: Nusantara Infrastructure (META) Targetkan Pertumbuhan Pendapatan Minimal Double Digit

Menarik Dibaca: Cerah Berawan hingga Hujan Ringan, Simak Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×