Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Minyak mentah dunia menjadi salah satu komoditas dengan pergerakan harga paling fluktuatif sepanjang Juni 2025.
Gejolak harga ini mencerminkan tingginya sensitivitas pasar terhadap dinamika global, baik dari sisi geopolitik maupun kebijakan ekonomi.
Berdasarkan data Trading Economics, Selasa (1/7) pukul 15.20 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) tercatat sebesar US$ 65,22 per barel, naik tipis 0,16% secara harian. Namun sejak awal tahun, harga WTI telah terkoreksi hingga 9,06%.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Tipis di Pagi Ini (1/7), Terseret Ekspektasi Banjir Pasokan OPEC+
Harga WTI mulai meninggalkan level psikologis US$ 70 per barel pada kuartal II-2025, dipicu oleh meningkatnya tensi dagang global menyusul kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Namun pada bulan Juni, harga sempat kembali menembus level US$ 70 per barel didorong oleh eskalasi konflik di Timur Tengah yang memicu kekhawatiran terganggunya distribusi pasokan.
Sayangnya, begitu ketegangan geopolitik mereda seiring munculnya wacana gencatan senjata antara Iran dan Israel, harga WTI kembali tertekan hingga menyentuh kisaran US$ 60 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Melemah pada Senin (30/6), Ditopang Risiko Timur Tengah yang Mereda
Spekulasi dan geopolitik jadi pendorong utama
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menilai bahwa fluktuasi harga minyak global sangat dipengaruhi oleh kombinasi faktor geopolitik dan sentimen spekulatif.
“Pasar merespons dengan sangat cepat terhadap berbagai pemberitaan, baik yang bersifat aktual maupun ekspektasi," kata Nanang kepada Kontan.co.id.
Menurut dia, hingga akhir 2025, arah harga minyak global masih akan sangat bergantung pada perkembangan eksternal, terutama keputusan suku bunga bank sentral AS (The Fed), eskalasi konflik geopolitik, serta kebijakan produksi dari OPEC+.
Baca Juga: Data EIA: Produksi Minyak Mentah AS Cetak Rekor Tertinggi pada April
Tiga skenario harga minyak akhir tahun
Nanang memaparkan tiga skenario proyeksi harga minyak WTI hingga akhir tahun:
- Skenario optimistis: Jika The Fed memangkas suku bunga, konflik Timur Tengah kembali memanas, dan OPEC+ memutuskan pengurangan produksi, maka harga minyak WTI berpeluang menguat di kisaran US$ 78 – US$ 90 per barel.
- Skenario moderat: Jika kondisi geopolitik stabil dan OPEC+ mempertahankan pertumbuhan produksi secara moderat, harga WTI diperkirakan bertahan di kisaran US$ 60 – US$ 65 per barel.
- Skenario pesimistis: Jika pasokan global meningkat signifikan di tengah permintaan yang stagnan, harga WTI berpotensi tertekan hingga kisaran US$ 55 – US$ 60 per barel.
Nanang menambahkan, dalam jangka panjang, arah kebijakan moneter The Fed juga menjadi faktor penting yang memengaruhi harga minyak, terutama melalui dampaknya terhadap nilai tukar dolar AS.
“Pelemahan dolar AS akan membuat harga minyak lebih murah bagi negara pengguna mata uang lain, sehingga mendorong permintaan dan pada akhirnya mendukung penguatan harga minyak,” ujarnya.
Adapun untuk jangka panjang, jika stabilitas global terjaga, harga WTI diproyeksikan bergerak dalam rentang US$ 60 – US$ 75 per barel.
Selanjutnya: Mengenal Asuransi All Risk dan Manfaat Lengkapnya untuk Kendaraan
Menarik Dibaca: Mengenal Asuransi All Risk dan Manfaat Lengkapnya untuk Kendaraan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News