kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.917.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.220   -84,00   -0,52%
  • IDX 7.893   101,21   1,30%
  • KOMPAS100 1.117   11,96   1,08%
  • LQ45 830   6,60   0,80%
  • ISSI 263   5,24   2,03%
  • IDX30 429   3,31   0,78%
  • IDXHIDIV20 492   4,68   0,96%
  • IDX80 124   0,93   0,75%
  • IDXV30 128   0,92   0,73%
  • IDXQ30 138   1,74   1,27%

Harga Minyak Dunia Melemah, Bagaimana Nasib Emiten Migas?


Rabu, 13 Agustus 2025 / 19:35 WIB
Harga Minyak Dunia Melemah, Bagaimana Nasib Emiten Migas?
ILUSTRASI. Fasilitas migas PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).


Reporter: Dimas Andi | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan harga minyak mentah dunia yang terjadi akhir-akhir ini berpotensi mengancam kinerja emiten produsen minyak dan gas (migas) Tanah Air. Di sisi lain, tingginya kebutuhan energi di dalam negeri bisa menjadi katalis positif bagi kelangsungan usaha emiten tersebut.

Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 62,74 per barel pada Rabu (13/8) pukul 18.40 WIB atau melemah 0,67% dibandingkan hari sebelumnya. Dalam sebulan terakhir, harga minyak WTI melorot 6,29%.

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis Brent juga terkoreksi 0,52% ke level US$ 65,77 per barel pada Rabu (13/8/2025). Harga minyak ini juga telah merosot 4,96% dalam sebulan terakhir.

Secara makro, Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, penurunan harga minyak yang terjadi saat ini dipicu oleh peningkatan pasokan yang disertai perlambatan permintaan global. Produksi minyak Amerika Serikat (AS) disebut kembali mencetak rekor pada 2025, sementara OPEC+ secara bertahap menambah produksi seiring berakhirnya kebijakan pemangkasan sukarela. "Alhasil, risiko kelebihan pasokan semakin tinggi," tutur dia, Rabu (13/8/2025).

Baca Juga: Konsumsi Minyak Domestik Bisa Topang Kinerja Emiten Migas, Cek Rekomendasi Analis

Chief Executive Officer (CEO) Edvisor Provina Visindo Praska Putrantyo menambahkan, kebijakan tarif AS masih menimbulkan kekhawatiran lantaran dapat mengganggu stabilitas ekonomi global, sehingga permintaan minyak juga berpotensi surut. Dalam kondisi harga minyak yang rendah, jelas emiten migas seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) akan dirugikan karena kinerja profitabilitas mereka terancam tertahan.

Sebagai langkah antisipasi, emiten produsen migas dapat memaksimalkan fasilitas hedging atau lindung nilai atau mengatur ulang capital expenditure (capex) agar arus kas lebih terjaga. "Emiten juga bisa diversifikasi sumber pendapatan ke industri gas bumi atau energi terbarukan," kata Praska, Rabu (13/8).

Sementara itu, Ekky memperkirakan harga minyak cenderung bergerak netral di kisaran US$ 60--64 per barel pada sisa 2025 dengan asumsi suplai produk tersebut terus meningkat. Namun, prediksi ini bisa saja berbeda dengan realita mengingat harga minyak mentah pada dasarnya sangat sensitif terhadap isu geopolitik yang bisa mengganggu pasokan global. Sebagai contoh, pada Juni lalu harga minyak mentah sempat terbang hingga di atas level US$ 70 per barel di tengah sentimen konflik bersenjata Iran-Israel.

Baca Juga: 15 Target Proyek Migas Domestik Berpotensi Dorong Kinerja Emiten, Cek Rekomendasinya

Di luar harga komoditas, ada beberapa sentimen yang dapat memengaruhi kinerja emiten migas pada semester II-2025. Dari sisi positif, kebijakan pemerintah sejauh ini cukup positif untuk mendukung industri Hulu migas seperti pelaksanaan lelang wilayah kerja (WK) baru, penguatan implementasi teknologi pengeboran minyak, hingga beberapa proyek migas yang on-stream pada 2025 termasuk milik MEDC dan ENRG. Kebijakan ini akan mendorong produksi migas sekaligus meningkatkan kepercayaan investor.

"Selain itu, agenda ketahanan energi nasional dengan target peningkatan lifting minyak menjadi 1 juta BOPD pada 2029/2030 serta pembangunan kilang minyak dan proyek LNG domestik dapat menjadi katalis positif jika eksekusinya berjalan baik," ungkap Ekky.

Beralih ke sentimen negatif, kinerja emiten migas dapat meredup jika terjadi kenaikan biaya operasional di tengah tekanan margin laba. "Kondisi pertumbuhan ekonomi yang melemah juga akan menyebabkan permintaan minyak turun," imbuh Praska.

Baca Juga: Harga Minyak Memanaskan Bisnis Emiten Migas, Cek Rekomendasi Analis

Dari sekian emiten migas, Praska menyebut saham MEDC dapat dipantau oleh investor dengan target harga Rp 1.400 per saham. Senada, Ekky juga menganggap saham MEDC menarik untuk dikoleksi investor dengan target harga di kisaran Rp 1.500--1.700 per saham. MEDC berpeluang jadi unggulan di sektor migas berkat dukungan peningkatan produksi lapangan migas baru, efisiensi operasional dan potensi stabilitas harga minyak.

Per semester I-2025, pendapatan MEDC terkoreksi 2,56% year on year (yoy) menjadi US$ 1,14 miliar. Laba bersih MEDC juga ikut terkontraksi 81,52% yoy menjadi US$ 37,37 juta. 

Baca Juga: Kinerja Emiten Distributor Migas Bervariasi pada Semester I-2025, Cek Rekomendasinya

Selanjutnya: DPRD Pati Sepakati Hak Angket dan Pembentukan Pansus Pemakzulan Bupati Sudewo

Menarik Dibaca: 5 Manfaat Olahraga Lari untuk Kesehatan Mental, Sama Baiknya dengan Antidepresan!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×