Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menetapkan target operasional 15 proyek migas senilai US$ 832,7 pada tahun 2025.
Melalui proyek ini, terbuka potensi penambahan kapasitas produksi sebesar 73.335 bpd minyak dan 895 MMSCFD gas. Jika dikonversikan setara minyak, kapasitas produksi migas nasional bakal menjadi 233.389 boepd.
Tim riset INA Sekuritas menilai, realisasi target itu bakal menjadi salah satu pendorong kinerja emiten sektor migas. “Mengingat, per Februari 2025 saja lifting migas nasional sudah 12% di atas target,” demikian tertulis dalam riset 24 April 2025.
Baca Juga: Geopolitik Makin Panas, Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (23/6)
Menurut riset, emiten migas yang aktif di hulu macam ELSA bakal turut kecipratan efek positifnya seiring pertambahan produksi. Apalagi perusahaan induk ELSA, Pertamina Hulu Energi (PHE), juga menargetkan pertumbuhan lifting sebesar 4% – 5% secara tahunan (yoy) tahun ini.
Tak hanya ELSA, Senior Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas bilang emiten-emiten yang terlibat langsung dalam proyek tahun ini seperti MEDC juga berpotensi merasakan dampak positifnya.
Meski, Sukarno juga mencermati soal potensi pricing yang tak menguntungkan dari penambahan produksi ini. “Makin banyak produksi belum tentu harga naik, malah bisa bikin persaingan makin ketat kalau demand stagnan,” papar Sukarno kepada Kontan, Jumat (20/6).
Pergerakan harga minyak dan gas global bakal menjadi sentimen utama yang perlu dicermati. Apalagi, sejak awal tahun harga komoditas minyak dunia menunjukkan tren pelemahan akibat kekhawatiran soal stok berlebih.
Baca Juga: IHSG Turun 3,61% Sepekan Diikuti Net Sell Asing pada 16-20 Juni 2025
Selain itu Sukarno juga menyebutkan sentimen lain yang perlu diperhatikan untuk memantau kinerja emiten migas, yaitu soal kurs rupiah, kebijakan pemerintah terkait energi dan pajak, isu geopolitik, serta perkembangan energi baru dan terbarukan (EBT).
“Kalau semuanya mendukung, emiten migas bisa naik daun. Tapi kalau satu saja negatif, bisa bikin sahamnya lesu,” kata Sukarno.
Pilihan Sukarno jatuh kepada MEDC dan ELSA, dengan target harga akhir tahun masing-masing emiten ini di level Rp 1.600–Rp 1.700 per saham dan Rp 500–Rp 600 per saham. Sementara INA Sekuritas merekomendasikan saham ELSA dengan rating buy dan target harga akhir tahun di level Rp 545 per saham.
Selanjutnya: Sebulan Harga Emas Antam Naik 0,99 Persen, Hari Ini Mandeg (22 Juni 2025)
Menarik Dibaca: iPhone 11 Pro Masih Dapat Update iOS? Yuk, Cek Jawabannya Berikut ini!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News