Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak Brent menembus level US$ 70 per barel di London untuk kali pertama dalam tiga tahun terakhir. Pemangkasan produksi oleh OPEC dan meningkatnya permintaan menyebabkan surplus pasokan minyak global kian menipis.
Mengutip Bloomberg, harga minyak Brent naik sebesar 1,2% ke level tertinggi sejak 4 Desember lalu. Harga minyak telah mengalami reli setelah mengalami penurunan cadangan minyak di AS selama musim dingin.
Harga kontrak minyak Brent untuk pengantaran Maret naik ke level US$ 69,90 per barel di ICE Futures Europe exchange pada pukul 11.28 waktu Singapura.
Relinya harga minyak menunjukkan bahwa Organization of Petroleum Exporting Countries dan aliansinya telah sukses dalam mengurangi pasokan minyak yang dipicu oleh kenaikan produksi minyak serpih AS. Harga minyak juga mendapat sokongan dari adanya kecemasan bahwa penurunan suplai minyak dapat semakin dalam akibat meningkatnya ketegangan politik di negara anggota OPEC seperti Iran dan Venezuela.
"Sepertinya saat ini faktor fundamental lebih banyak mendukung reli minyak," jelas Paul Horsnell, head of commodities research Standard Chartered Plc di London.
Dengan naiknya harga minyak mentah, ada sejumlah sinyal bahwa OPEC bisa jatuh ke dalam perangkap yang telah mereka dihindari selama ini. Meningkatnya harga minyak akan mendorong produksi minyak AS kembali dipacu untuk menyaingi Arab Saudi dan Rusia.
Menurut perkiraan Administrasi Informasi Energi AS, produksi minyak AS akan melampaui 10 juta barel per hari paling cepat bulan depan dan 11 juta barel per hari sebelum akhir 2019.
"Tujuh puluh dollar terlalu banyak. Ini tidak sepenuhnya tak terduga, mengingat momentum harga yang ada. Tapi akan ada reaksi pada minyak serpih AS, dan strategi OPEC akan menjadi bumerang secara besar-besaran," kata Eugen Weinberg, kepala riset komoditas Commerzbank AG di Frankfurt.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News