kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak bisa anjlok sebesar US$ 30 jika China melakukan ini untuk balas AS


Jumat, 09 Agustus 2019 / 08:05 WIB
Harga minyak bisa anjlok sebesar US$ 30 jika China melakukan ini untuk balas AS


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bank of America Merryll Lynch berpendapat, harga minyak mentah dapat merosot sekitar US$ 30 per barel jika China memutuskan untuk membeli minyak mentah Iran sebagai aksi balasan dari kebijakan tarif AS. 

"Meski kami tetap mempertahankan prediksi harga minyak Brent untuk tahun depan di US$ 60 per barel, kami mengakui bahwa keputusan China untuk membeli minyak Iran dapat menyebabkan anjloknya harga minyak dunia," demikian hasil riset BofA Merril Lynch Global Research yang dirilis Jumat (2/8) lalu seperti yang dikutip dari CNBC. 

Baca Juga: Harga minyak melanjutkan kenaikan setelah koreksi tajam

BofA Merril Lynch bahkan memperingatkan, harga minyak bisa merosot sebesar US$ 20 sampai US$ 30 per barel dari skenario tersebut. 

Analis juga menilai, volatilitas terhadap harga minyak bisa kembali meningkat seiring aksi wait and see pelaku pasar atas respon China terhadap kebijakan tarif impor AS. Mereka menilai, China bisa membalasnya dengan membeli minyak dari Iran. 

"Keputusan ini menggarisbawahi kebijakan luar negeri AS dan upaya untuk membentengi dampak negatif perang dagang terhadap ekonomi China seiring dengan kenaikan tarif AS," jelas laporan tersebut.

Baca Juga: Harga minyak kembali rebound pagi ini setelah melorot tajam  

Ekspor minyak Iran melorot

Sementara itu, data yang dirilis S&P Global Patts menunjukkan, pengiriman minyak Iran melorot ke bawah 550.000 barel per hari pada Juni dari sekitar 875.000 barel per hari pada Mei, serta 2,5 juta barel pada Juni 2018. Hampir separuh ekspor minyak Iran dikirim ke China pada Juni dan Juli. 

Menurut analis, keputusan China untuk membeli minyak Iran dengan mengabaikan sanksi AS bak pedang bermata dua. 

"Iran tentu saja akan gembira menyambut kesempatan apa pun untuk meningkatkan produksi mereka meski itu melanggar sanksi AS. Namun strategi ini akan memperkenalkan Tiongkok kepada mitra di mana ia tidak memiliki kontrol yang besar di sana," jelas Edward Bell, director of commodities research Emirates NBD kepada CNBC

Analis BofA Merrill Lynch juga memprediksi, kebijakan tarif AS terbaru juga dapat memangkas permintaan minyak global sebanyak 250.000-500.000 barel per hari. Hal ini menambah kecemasan mengenai perlambatan permintaan yang bisa menjadi batu sandungan bagi fundamental harga minyak. 

Baca Juga: Pembicaraan IPO Saudi Aramco berlanjut, Pangeran ingin valuasi tetap US$ 2 triliun

"Jika itu terus berlanjut sampai akhir 2019 atau mungkin bahkan 2020 -ketika kita memasuki akhir dari siklus pemilu AS dan Trump kemungkinan ingin mempertahankan sikap keras terhadap China, maka itu bisa menjadi penghalang yang sangat sulit bagi minyak mentah untuk mencoba dan menerobos beberapa kekhawatiran terkait rendahnya permintaan tersebut," jelas Bell.

Informasi saja, pada pukul 08.45 waktu Singapura, harga minyak WTI berada di level US$ 52,74 per barel atau naik 0,38% dari posisi kemarin. Sedangkan harga minyak Brent naik 0,33% menjadi US$ 57,57 per barel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×