Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil kembali ke level 7.000. Kenaikan ini didorong oleh kembalinya aliran dana investor asing alias capital inflow.
Pada akhir perdagangan Jumat (16/5), IHSG ditutup menguat 0,94% ke level 7.106,52. Dalam satu hari perdagangan, investor asing mencatat net buy sebesar Rp 528,85 miliar di semua pasar.
Dalam sepekan terakhir IHSG sudah naik 2,60%. Dengan aliran net buy asing di seluruh pasar mencapai Rp 1,38 triliun selama periode 9–16 Mei 2025.
Baca Juga: IHSG Sudah Di Atas 7.000, Kewaspadaan dan Strategi Berinvestasi Menjadi Kunci
Head of Equity Research BRI Danareksa Erindra Krisnawan mengungkapkan, kembalinya aliran dana asing didorong oleh sentimen de-eskalasi perang dagang AS-China.
“Ini membantu aliran dana kembali ke aset yang berisiko, termasuk emerging market,” kata Erindra kepada Kontan akhir pekan lalu.
Menurutnya, pasar Indonesia relatif menarik dibandingkan pasar emerging lainnya, dengan proyeksi pertumbuhan Earning per Share (EPS) IHSG masih mencapai 4% dan 11,8 kali Price Earning (PE).
“Dari sisi domestik, terdapat perbaikan sentimen dibandingkan di kuartal I-2025 dengan adanya kejelasan atas manajemen dari Danantara dan bank BUMN,” ucap Erindra.
Masih dari dalam negeri, lanjut dia. sentimen positif juga datang dari adanya pembagian dividen oleh emiten dan aksi pembelian kembali alias buyback saham.
“Serta harapan untuk adanya pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan pengeluaran fiskal dari pemerintah yang kembali digelontorkan,” kata dia.
Potensi Sell In May Memudar
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mencermati, terjadi anomali pada periode Mei tahun ini dibandingkan beberapa tahun terakhir.
Pasalnya, IHSG melemah 3,64% sepanjang Mei 2024. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Investor asing tercatat membukukan net sell sebesar Rp 14,20 triliun.
Sebenarnya, di Mei 2023, investor asih mencatatkan net buy sebesar 1,67 triliun. Namun kala itu IHSG melemah 4,08% secara bulanan atau MoM.
“Valuasi yang murah pasca aksi jual asing yang menekan saham blue cip dengan rilis kinerja kuartal I-2025 yang masih tumbuh resilience cenderung mendorong kenaikan harga,” tuturnya.
Audi menilai ada peluang bagi IHSG untuk menutup Mei 2025 dengan menguat. Dorongan kuat datang dari de-eskalasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) yang mendorong optimisme global.
Baca Juga: Tengah Reli, Begini Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Pilihan Analis, Senin (19/5)
Dia memproyeksikan dalam skenario optimis, IHSG akan menutup Mei 2025 di kisaran 7.225–7.250. Di skenario moderat, IHSG ada di rentang 7.150–7.200 dan di area 6.950–7.000 pada skenario pesimis.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menambahkan apabila situasi dan kondisi tetap kondusif, potensi IHSG berada di atas 7.000 pada akhir Mei 2025 masih terbuka lebar.
“Namun perlu diingat sentimen mudah sekali berubah sehingga pelaku pasar dan investor diharapkan untuk berhati-hati,” kata dia.
Nico mencermati secara teknikal, pasar juga sudah mengalami jenuh sehingga mengalami koreksi. Hingga tutup Mei 2025, dia memproyeksikan IHSG akan bergerak di rentang 6.900–7.150.
Sektor pilihannya jatuh pada perbankan yang sudah naik kencang. Pilihan Nico juga jatuh pada saham-saham dari sektor konsumer dan energi.
Audi merekomendasikan beli BMRI dan BBNI dengan masing-masing target harga di Rp 5.450 dan Rp 4.480. Dia juga merekomendasikan trading buy BREN dengan target di Rp 8.000.
Audi menyarankan beli TLKM dengan target harga di Rp 2.830 dan beli BBCA dengan target di Rp 9.250. Sementara Erindra masih melihat ada peluang di sektor konsumer dengan potensi katalis kebijakan fiskal pemerintah.
Dia merekomendasikan beli ICBP dengan target harga di Rp 14.000 dan beli KLBF dengan target di Rp 1.800. Pada kuartal III-2025, lanjut Erindra, investor juga dapat mencermati beberapa saham dari sektor ritel.
Terutama saham-saham ritel yang masih menarik secara valuasi dan secara musiman kinerjanya akan cenderung positif di semester dua mendatang seperti MAPA. Dia merekomendasikan beli MAPA dengan target harga di Rp 1.250.
Selanjutnya: Harga Bitcoin Bergerak Sideways, Intip Saran Strategi Investasinya dari Analis
Menarik Dibaca: Gaet 8.000 Pelari, BFI RUN 2025 Menularkan Energi Positif Menuju Gaya Hidup Sehat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News