Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGPURA. Harga minyak mentah turun tipis menanti kebijakan OPEC+ untuk memangkas produksi lebih lanjut guna menyeimbangkan pasar usai wabah virus corona merebak.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah sudah turun lebih dari 20% sejak mencapai puncaknya di pertengahan Januari lalu. Penyebaran virus yang mirip flu memang telah memukul permintaan dari importir minyak mentah terbesar di dunia dan memicu kekhawatiran kelebihan pasokan lebih banyak.
Senin (10/2) pukul 12.45 WIB, harga minyak Brent turun tipis ke US$ 54,37 per barel. Setali tiga uang, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) tetap berada di US% 50,24 per barel, setelah sempat mencapai level terendahnya di US$ 49,56 per barel.
"Sentimen keseluruhan masih bearish tetap pasar sudah overshold," kata Avtar Sandu, manajer komoditas Phillips Futures di Singapura kepada Reuters.
Baca Juga: Harga minyak turun, dipicu memudarnya harapan pertemuan OPEC+ untuk bahas efek corona
Dia menambahkan, investor sudah mengambil untuk setelah harga sempat mencapai level terendah.
Langkah China yang telah mengatur dukungan pasar keuangan dalam sepekan terakhir menjadi sentimen positif bagi emas hitam ini. Namun, pasar juga berharap lebih banyak stimulus guna mengangkat perekonomian terbesar kedua di dunia ini.
"Selalu ada harapan untuk stimulus baru di pasar yang akan mendukung ekonomi," kata Sandu.
Sementara itu kekhawatiran atas pasokan tidak berkurangnya setelah Rusia menyebut perlu lebih banyak waktu untuk memutuskan OPEC+ untuk menambah pengurangan produksi sebanyak 600.000 barel per hari.
Menteri Perminyakan Aljazair Mohamed Arkab mengatakan, komite telah menyarankan pengurangan produksi lebih lanjut sampai akhir kuartal kedua.
"Epidemi virus corona memiliki dampak negatif pada kegiatan ekonomi, terutama pada transportasi, pariwisata dan industri, khususnya di China, dan juga semakin meningkat di kawasan Asia dan secara bertahap di dunia," kata Arkab.
Baca Juga: NPI surplus, CAD kuartal IV 2019 melebar menjadi 2,84% dari PDB
Menteri Energi Rusia Alexander Novak bilang, Moskow membutuhkan lebih banyak waktu untuk menilai situasi, menambahkan bahwa pertumbuhan produksi minyak AS akan melambat dan permintaan global masih solid.
Proposal untuk pemotongan lebih lanjut "gagal untuk meringankan tekanan pada minyak, sebagian karena proposal tersebut belum secara resmi dibahas oleh para menteri OPEC dan karena Rusia terus mendorong kembali terhadap pemotongan lebih lanjut," Stephen Innes, kepala strategi pasar di AxiCorp mengatakan dalam sebuah catatan.
"Jika kartel gagal mencapai kesepakatan, akan ada lebih banyak rasa sakit yang datang dalam minyak (pada) downside."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News